Suharti, Dari Sastra Inggris UNAIR Menyulam Kemanusiaan Lewat Yayasan Wahana Mandiri Indonesia

Filantropi302 Views

Surabaya, – Di tengah gemuruh pembangunan dan derasnya arus profesional muda yang berlomba meniti karier korporasi, Suharti memilih jalan yang berbeda. Lulusan Program Studi Sastra Inggris Universitas Airlangga (UNAIR) itu menempuh jalur sunyi yang sering luput dari sorotan: dunia kemanusiaan. Melalui Yayasan Wahana Mandiri Indonesia (YWMI) yang ia dirikan bersama rekan-rekannya, Suharti membuktikan bahwa ilmu humaniora bukan sekadar wacana di ruang kuliah, melainkan fondasi kokoh untuk bekerja bagi sesama.

“Semua berawal dari kebutuhan nyata masyarakat,” ujarnya lembut saat ditemui di Surabaya, Selasa (28/10/2025). “Kami ingin menjawab itu dengan kerja nyata, bukan hanya belas kasihan.”

Membangun Yayasan, Menumbuhkan Harapan

YWMI lahir pada Mei 2018, berawal dari tekad kecil sekelompok anak muda yang ingin menjadikan kemanusiaan sebagai jalan hidup. Di bawah kepemimpinan Suharti, yayasan ini kini bergerak di berbagai bidang, mulai dari Water, Sanitation, and Hygiene (WASH), bantuan pendidikan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, hingga layanan ambulans gratis bagi warga kurang mampu.

YWMI juga menjadi mitra resmi Muslim Aid Australia (MAA) dan aktif bekerja sama dengan berbagai lembaga donor serta perusahaan nasional dan internasional melalui program tanggap bencana, distribusi qurban, hingga bantuan bagi anak yatim di berbagai daerah Indonesia.

“Setiap kali kami bisa menyalurkan bantuan langsung ke tangan yang membutuhkan, ada rasa syukur yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” tutur Suharti. “Ada makna yang lahir dari sana.”

Rasa empati yang menggerakkan Suharti bukan muncul tiba-tiba. Sejak kecil, ia terbiasa membantu orang di sekitarnya. Nilai itu terus tumbuh, menyatu dalam perjalanan hidupnya.

“Bekerja di dunia sosial tidak selalu mudah, apalagi saat menghadapi situasi darurat,” ungkapnya. “Tapi kalau kita bekerja dengan hati dan memegang prinsip hidup yang baik, semua tantangan bisa dilewati.”

Bagi Suharti, kerja sosial bukan sekadar aksi cepat tanggap, tapi juga tentang keberlanjutan dan pemberdayaan. Karena itu, YWMI tidak hanya hadir saat bencana, tapi juga mendampingi masyarakat agar bisa bangkit secara mandiri.

Ilmu Sastra yang Menyapa Dunia

Sebagai alumnus Sastra Inggris UNAIR, Suharti mengakui bahwa kemampuannya dalam bahasa, komunikasi, dan penulisan laporan menjadi modal penting dalam menjalin kolaborasi lintas negara. “Keterampilan menulis proposal dan berinteraksi dengan mitra internasional sangat membantu,” ujarnya.

Namun, ia menekankan pentingnya memperluas diri di luar disiplin akademik. Banyak hal yang ia pelajari secara mandiri, mulai dari konsep WASH hingga pengelolaan proyek sosial. “Saya belajar lewat pelatihan, membaca, dan praktik langsung di lapangan,” katanya.

Suharti percaya, generasi muda harus terus mengasah empat kompetensi utama yakni berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. “Keempatnya adalah bekal penting agar lulusan UNAIR mampu beradaptasi di dunia apa pun, termasuk kemanusiaan,” ujarnya.

Ia juga berpesan agar mahasiswa tak ragu memperkaya diri melalui pengalaman di luar kampus. “Ikut organisasi, aktif bersosialisasi, dan belajar dari kehidupan sehari-hari. Dari situ, kita menemukan keterampilan hidup yang tak diajarkan di kelas,” pungkasnya dengan senyum tenang.(*)

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *