Serangan Terbatas AS ke Iran Guncang Timur Tengah, Pakar Unair: Dampaknya Bisa Meluas ke Ekonomi Dunia

Internasional346 Views

 

Surabaya, – Serangan terbatas Amerika Serikat (AS) terhadap instalasi nuklir Iran memicu kekhawatiran global akan potensi eskalasi konflik di Timur Tengah. Aksi militer ini dilakukan di tengah ketegangan yang terus memanas antara Iran dan Israel, dan dinilai bisa berdampak luas terhadap stabilitas politik serta perekonomian dunia.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair), Agastya Wardhana, menyebutkan bahwa serangan AS tak bisa dilepaskan dari hubungan erat Negeri Paman Sam dengan Israel, serta ambisi Donald Trump untuk mengakhiri program nuklir Iran.

“Amerika Serikat jelas sekutu Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sudah berulang kali meminta dukungan AS untuk terlibat. Di sisi lain, Trump juga konsisten ingin menghentikan program nuklir Iran,” ujar Agastya dalam keterangannya, pada Selasa (24/6/2025).

Menurut Agastya, langkah militer AS dilakukan secara terbatas dan terukur. Alih-alih terlibat dalam perang besar, AS memilih menyerang sasaran strategis dan segera menarik pasukan.

“Donald Trump tidak ingin perang berkepanjangan. Dia ingin menghancurkan target penting, lalu selesai. Tidak ada pengiriman pasukan besar-besaran,” jelas dosen FISIP Unair yang akrab disapa Agas itu.

Namun, meski terbatas, serangan ini tetap memiliki konsekuensi besar. Salah satunya adalah potensi respons Iran yang bisa mengganggu jalur energi global.

Agastya memperingatkan bahwa Iran bisa membalas serangan dengan menutup Selat Hormuz, jalur vital yang dilalui sekitar 50 hingga 70 persen distribusi minyak dunia.

“Jika Selat Hormuz ditutup, dampaknya langsung terasa ke harga minyak. Lonjakan harga bisa memicu kontraksi ekonomi global,” ujarnya.

Ia menambahkan, gejolak harga minyak dan emas beberapa waktu terakhir tak lepas dari ketidakpastian geopolitik ini. “Ketidakpastian ini yang membuat pasar global cemas. Bagaimana Iran merespons, bagaimana Israel dan AS melanjutkan, itu yang menentukan,” kata Agastya.

Lebih lanjut, Agastya menyatakan bahwa negara-negara berkembang seperti Indonesia memang tidak memiliki peran militer dalam konflik besar ini. Namun, mereka masih bisa berkontribusi lewat jalur diplomasi internasional.

“Indonesia bisa mengambil peran melalui forum seperti OKI atau PBB, menjadi bagian dari solusi atau minimal mencegah eskalasi konflik,” jelasnya.

Menurut Agas, peran negara-negara berkembang menjadi penting dalam menjaga keseimbangan politik global, meski hanya melalui pendekatan diplomatik.

“Kalau tidak bisa menyelesaikan konflik, setidaknya bisa mencegah agar tidak semakin buruk,” tegasnya.

Di akhir pernyataannya, Agastya menegaskan bahwa hingga kini, kemampuan militer AS masih menjadi yang paling unggul di dunia.

“Secara militer, hanya Amerika yang punya kapasitas untuk melakukan serangan semacam ini. Rusia dan China belum setara dalam hal itu,” pungkasnya.(*)

 

Editor: Jafar dan Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *