Di Balik Seragam Loreng, Ada Hati yang Mengajar: TNI dan Asa Anak-Anak Gome

Edukasi604 Views

Gome, – Di tengah hening pegunungan dan belantara Papua, ada kisah yang menghangatkan hati. Bukan kisah pertempuran atau tembakan, tapi kisah kasih dan harapan. Hari itu, langit Kampung Wako, Distrik Gome, menyambut kedatangan para prajurit TNI dari Pos Gome Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti dengan senyum anak-anak dan pelukan hangat warga. Bukan karena takut, tapi karena rindu dan percaya.

Tanggal 6 Mei 2025 akan tercatat bukan hanya sebagai hari biasa, tapi sebagai hari ketika para prajurit datang bukan membawa peluru, melainkan membawa pensil, buku cerita, dan seragam sekolah. Anak-anak yang sebelumnya hanya bisa menatap langit dan tanah kini memegang buku, menggenggam impian.

“Kami percaya bahwa pendidikan adalah jalan panjang menuju perubahan. Kami ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri. Indonesia melihat mereka. Kami ada di sini, bukan hanya menjaga, tapi juga merangkul,” ujar Letnan Dua Infanteri Daniel, sambil membantu seorang anak membuka buku bacaan bergambar.

Kegiatan sederhana itu berubah menjadi momen yang membekas di hati. Anak-anak tertawa saat mencoba alat tulis baru mereka. Beberapa bahkan langsung duduk bersila di tanah, membolak-balik halaman buku seolah menemukan dunia baru. Seorang gadis kecil memeluk erat tas sekolah barunya, seakan tak ingin melepaskannya lagi.

Bukan hanya anak-anak yang terharu. Orang tua pun tak kuasa menyembunyikan emosi mereka. “Anak-anak kami jarang sekali mendapatkan perhatian seperti ini,” ucap seorang ibu dengan suara gemetar dan mata berkaca-kaca. “Bapak-bapak tentara bukan hanya pelindung, tapi seperti keluarga bagi kami.”

Kegiatan ini adalah bagian dari misi kemanusiaan TNI di Papua—misi yang tak tercetak di laporan militer, tapi tertanam dalam hati anak-anak yang kini berani bermimpi. Mereka belajar bahwa TNI bukan hanya simbol kekuatan, tetapi juga jembatan cinta dan masa depan.

Dengan aksi sederhana namun bermakna, para prajurit membuktikan bahwa di balik loreng yang tegas, ada hati yang lembut dan tulus mengajar. Di balik senjata, ada tangan yang menggandeng dan memeluk harapan.

Papua tak pernah jauh. Ia selalu di hati Indonesia. Dan lewat langkah kecil di Kampung Wako, harapan itu kembali tumbuh—satu pensil, satu senyum, satu mimpi pada satu waktu.

(Bro/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *