
Surabaya, – Dunia pengabdian militer dan kesehatan kerap berjalan beriringan. Kolonel Laut (drg) Muhammad Arifin SpOrt MTrOpsla adalah salah satu sosok yang menapaki jalur itu dengan konsisten. Kini, ia mengemban amanah sebagai Komandan Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak, Jakarta, setelah puluhan tahun berkiprah dalam berbagai penugasan kemanusiaan dan pertahanan negara.
Keputusan Arifin untuk mengabdikan diri kepada negara berakar dari lingkungan keluarga. Sosok sang kakek, seorang veteran TNI, menjadi inspirasi awal yang menumbuhkan tekadnya untuk mengikuti jejak pengabdian serupa. Kesempatan itu datang ketika ia diterima melalui jalur Beasiswa ABRI pada 1996.
“Kakek saya adalah seorang veteran TNI. Dari sanalah semangat untuk mengabdi itu tumbuh. Saya masuk lewat jalur mahasiswa beasiswa ABRI tahun 1996. Alhamdulillah, saya lulus dan kemudian bergabung dengan TNI AL,” ujar Arifin, Selasa (30/12/2025), mengenang awal perjalanannya.
Setelah menempuh pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Arifin melanjutkan pendidikan militernya di Akademi Militer pada 1999. Kombinasi kompetensi medis dan disiplin kemiliteran itulah yang kemudian mengantarkannya pada berbagai penugasan strategis di lapangan.
Saat menjabat sebagai Komandan Batalyon Kesehatan 1 Marinir, Arifin terlibat langsung dalam penanganan sejumlah bencana nasional. Ia berada di garis depan saat gempa bumi Yogyakarta pada 2006, penanganan tsunami di Banten, hingga keterlibatan intensif dalam pengendalian pandemi Covid-19 sejak awal kemunculannya.
“Kami membangun rumah sakit darurat, mendistribusikan logistik ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, dan mengawal penanganan pandemi dari awal hingga akhir. Dalam kondisi darurat apa pun, kami harus selalu siap,” tuturnya.
Kini, sebagai Komandan Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak, Arifin mengemban peran berbeda. Jika sebelumnya ia banyak terjun langsung sebagai pelaksana lapangan, saat ini tanggung jawabnya lebih pada pengawasan, penguatan sistem, dan peningkatan mutu layanan kesehatan.
Ia menegaskan bahwa pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit menjadi salah satu prioritas utama. “Kami terus meningkatkan fasilitas, mulai dari layanan MRI, CT Scan, kemoterapi, hingga pengolahan darah secara mandiri. Semua ini untuk memastikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal bagi masyarakat,” katanya.
Kepada mahasiswa dan generasi muda, Arifin berpesan agar setiap pilihan hidup disertai persiapan yang matang. Menurutnya, keberhasilan bukan semata hasil keberanian mengambil keputusan, melainkan juga kesungguhan dalam menyiapkan diri.
Kisah perjalanan Muhammad Arifin menjadi cermin peran pendidikan tinggi dalam melahirkan sumber daya manusia yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga siap mengabdi dan memberi kontribusi nyata bagi bangsa dan negara—di medan tugas, di ruang perawatan, maupun dalam situasi darurat kemanusiaan.(*)
(khefti/sulaiman)












