Menimba Ilmu ke Negeri China: Misi Ganda Gus Lilur Sang Raja Tambang dan Nelayan Nusantara

Ekonomi717 Views

Surabaya, – “Carilah ilmu walau sampai ke Negeri China.” Pepatah ini bukan sekadar petuah, tapi pijakan langkah bagi seorang pengusaha visioner yang tak pernah berhenti belajar, bahkan ketika ia telah memimpin dua konglomerasi bisnis besar sekaligus.

Adalah HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy, atau akrab disapa Gus Lilur, seorang tokoh yang dijuluki Raja Tambang Nusantara sekaligus Nelayan Nusantara. Ia sedang bersiap membawa dua induk perusahaannya -BALAD Grup (Bandar Laut Dunia) dan SANTRI Grup (Sarana Nata Tambang Lestari)- menyeberangi lautan, mencari pengetahuan langsung ke China, sebuah negara yang kerap dijuluki Negeri Tirai Bambu, pada pekan ketiga Mei 2025.

Budidaya Teripang: Dari Kearifan Lokal ke Teknologi Modern

Bagi BALAD Grup, perjalanan ini bukan sekadar wisata industri. Melalui anak perusahaannya BATERA Grup (Bandar Teripang Nusantara), mereka tengah merintis budidaya teripang di Teluk Kangean, Sumenep, Jawa Timur. Dengan memanfaatkan kearifan lokal, mereka membuat keramba pagar laut, menangkap dan mengawinkan teripang, lalu melepaskannya ke habitat buatan. Teknik ini unik, tetapi juga menantang secara regulasi dan persepsi publik.

“Saya sempat trauma, khawatir dianggap memagari laut,” ungkap pria bergelar Kanjeng Pangeran Edo Yudha Negara itu dengan nada setengah berseloroh, menyadari betapa batas antara inovasi dan pelanggaran bisa sangat tipis di mata hukum dan birokrasi.

Untuk itu, Gus Lilur memutuskan mengirim empat orang tim budidaya dari BALAD Grup ke Ningde, Provinsi Fujian, China, daerah yang dikenal sebagai pusat riset dan budidaya teripang dunia. Mereka akan belajar langsung dua teknik mutakhir yaitu Sea cucumber hanging cage cultivation di Desa Andong, dan net cage cultivation di Desa Shajiang.

Menjemput Teknologi Tambang Dari Sumbernya

Sementara itu, misi SANTRI Grup tak kalah penting. Di tengah rencana ekspansi tambang di Bangka Belitung, mereka bersiap menambang tiga komoditas strategis: timah, silika, dan zirkon. Namun, untuk melakukannya secara efisien dan berkelanjutan, mereka butuh teknologi tepat guna.

Alih-alih membeli mesin secara acak, Gus Lilur mengutus empat orang Direksi SANTRI Grup untuk langsung melakukan survei dan pembelian mesin tambang dari produsen terbaik di China—negara yang selama ini menyuplai sebagian besar alat berat dan mesin produksi untuk industri pertambangan Indonesia.

Satu Misi, Dua Sektor Strategis, Satu Semangat: Keadilan Sosial

Kunjungan ke Negeri Tirai Bambu atau China ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang cara pandang atau mindset. Gus Lilur menegaskan bahwa dirinya ingin membangun model bisnis yang tidak hanya efisien, tapi juga inklusif dan ramah lingkungan—baik di laut maupun di darat.

“Misi ini bukan hanya untuk keuntungan bisnis,” katanya. “Saya ingin BALAD dan SANTRI Grup hadir sebagai kekuatan ekonomi yang memberi faedah bagi Indonesia dan dunia. Dari nelayan untuk nelayan. Dari rakyat untuk rakyat.”

Langkah yang dilakukan Gus Lilur ini menjadi bukti bahwa belajar tidak mengenal titik henti, bahkan bagi mereka yang sudah berada di puncak. Dari teripang hingga timah, dari Kangean hingga Bangka, dari Indonesia ke China, Gus Lilur dan timnya menunjukkan bahwa kemajuan bangsa hanya bisa dicapai dengan kesediaan untuk terus belajar, berubah, dan berbuat. (*)

 

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *