Mahasiswa UNAIR Ini Raih Perak di PIMNAS 38 Berkat Riset Eksploitasi Seksual Anak dalam Roleplay Digital

Edukasi68 Views

Surabaya, – Perwakilan Universitas Airlangga (UNAIR) mencatat prestasi membanggakan pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-38. Melalui skema PKM-RSH, tim mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2022 berhasil meraih Medali Perak berkat riset yang mengupas isu eksploitasi seksual anak dalam roleplay digital (OCSEA in Roleplay-Digital) — tema yang jarang disentuh karena kompleks, sensitif, namun berdampak besar bagi perlindungan anak.

Tim tersebut terdiri atas Fadiani Risqita Mamang, Mardhatillah, Nafisa, Vanessa, dan Gaby, dengan kontribusi mulai dari penyusunan metodologi, pengolahan data, hingga publikasi ilmiah.

Perjalanan penelitian tidak berjalan mulus. Perbedaan pandangan soal fokus isu dan metode penelitian membuat proses awal penuh dinamika. Perdebatan baru terjawab setelah tim sepakat menggunakan mixed method exploratory sequential design, pendekatan yang dinilai mampu mengakomodasi sudut pandang seluruh anggota.

Temuan lapangan justru mematahkan banyak asumsi awal. Menurut Mardhatillah, lima dari tujuh bentuk OCSEA versi UNICEF teridentifikasi dalam konteks roleplay digital, termasuk online grooming dan child sexual abuse material (CSAM).

“Fenomena ini bukan sekadar permainan digital, tetapi ruang terjadinya eksploitasi yang terselubung,” ujarnya.

Untuk menjaga akurasi, tim menerapkan member check, memperluas variasi partisipan, serta melibatkan psikolog profesional dalam penyusunan Skala Adiksi Seksual Roleplay-Digital (SAS-RD) guna memastikan validitas dan reliabilitas instrumen.

Topik yang sensitif menghadirkan risiko besar dalam penelitian. Fadiani menegaskan bahwa wawancara dengan anak harus dilakukan secara ketat dan humanis, tanpa memicu trauma ulang. “Tidak boleh ada pertanyaan yang mengarah atau memaksa. Etika adalah prioritas utama,” tegasnya.

Selain pengembangan skala SAS-RD, riset ini juga menghasilkan dua policy brief untuk kementerian terkait, sebagai rekomendasi kebijakan dalam pencegahan eksploitasi dan deteksi dini adiksi seksual pada roleplay digital. Namun, Vanessa menekankan pentingnya edukasi publik untuk mencegah lahirnya stigma baru terhadap korban.

Dilema etis terus membayangi sepanjang proses riset. Nafisa mengakui bahwa keputusan-keputusan sulit selalu diambil secara kolektif. “Setiap dilema kami kembali pada pedoman etik dan berdiskusi bersama. Perlindungan partisipan selalu menjadi prioritas.”

Ketika nama tim UNAIR disebut sebagai peraih Medali Perak, suasana langsung pecah. Vanessa mengaku sempat tidak percaya sebelum akhirnya menangis di panggung. “Medali ini bukan sekadar prestasi, tetapi pengakuan bahwa isu perlindungan anak perlu diperbincangkan secara serius.”

Bagi tim, penghargaan ini menjadi penanda bahwa riset tentang isu sensitif tetap layak diperjuangkan, sekaligus dorongan untuk mendorong perhatian publik dan pemerintah terhadap keamanan digital anak.(*)

(pkip/sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *