Koptu Hartanto, Menjaga Desa Sekaligus Menjaga Warisan Leluhur

Babinsa, Kultural815 Views

Trenggalek, – Di tengah irama gamelan dan derap kaki para penari jathilan, satu sosok berseragam loreng tampak menyatu dengan masyarakat. Ia bukan sekadar pengawal acara, tetapi bagian dari denyut tradisi itu sendiri. Dialah Koptu Hartanto, Babinsa Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek.

Minggu (27/7/2025), Desa Bendorejo kembali menggelar Pawai Budaya Bersih Desa, sebuah tradisi tahunan yang kini dikaitkan dengan peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia. Sejak pagi, warga berbaris membawa hasil bumi, anak-anak mengenakan busana adat, sementara berbagai kesenian seperti reog dan jathilan menyemarakkan jalan desa. Di balik semarak itu, Koptu Hartanto turut memastikan semuanya berjalan tertib, aman, dan penuh makna.

“Ini bukan sekadar pengamanan. Kami hadir untuk menyatu dengan masyarakat, menjaga tradisi yang diwariskan leluhur,” ujarnya sambil tersenyum di tengah keramaian.

Kehadiran TNI-Polri dalam kegiatan ini menjadi simbol sinergi antara pertahanan negara dan kekuatan budaya lokal. Namun bagi Hartanto, yang sudah bertahun-tahun menjadi Babinsa di desa ini, peran itu lebih dari sekadar formalitas. Ia memahami denyut desa, mengenal para tokoh adat, dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan warga.

“Pawai budaya ini tidak hanya memperlihatkan kekayaan kesenian kita, tapi juga menjadi momen kebangsaan. Ini tentang persaudaraan, gotong royong, dan semangat kemerdekaan yang terus hidup dalam bentuk yang sangat lokal,” tambahnya.

Bersih Desa di Bendorejo bukan hanya seremoni. Tradisi ini adalah bentuk syukur atas rezeki dan keselamatan, sekaligus doa bersama untuk masa depan yang lebih baik. Warga mempersiapkannya dengan gotong royong, dari membuat sesaji hingga menyusun iring-iringan hasil bumi.

Di tengah proses itu, Koptu Hartanto tidak sekadar hadir saat hari H. Ia juga aktif mendampingi panitia sejak jauh hari, memberi semangat, dan menjadi penghubung antara masyarakat dan aparat terkait.

“Babinsa seperti Pak Hartanto itu bukan orang luar. Sudah seperti keluarga di desa ini,” kata seorang tokoh masyarakat sambil menyiapkan perlengkapan pawai.

Keterlibatan Koptu Hartanto bukan hanya tentang kedisiplinan militer, tetapi tentang kearifan lokal. Ia kerap mengingatkan anak-anak muda tentang pentingnya menjaga tradisi, dan mendorong agar kearifan seperti ini diteruskan generasi berikutnya.

Usai pawai, Koptu Hartanto menyampaikan pesan kebangsaan di depan warga. Dengan gaya bertutur yang akrab, ia mengajak masyarakat untuk terus menjaga kerukunan, terutama di tahun politik dan menjelang pesta demokrasi.

“Perbedaan bukan alasan untuk pecah. Lihat saja tradisi ini, semua elemen masyarakat terlibat. Inilah Indonesia yang sesungguhnya,” katanya.

Bagi Koptu Hartanto, tugas Babinsa tak berhenti di soal keamanan wilayah. Ia juga merasa terpanggil untuk menghidupkan nilai-nilai budaya dan nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa.

Pawai budaya di Bendorejo membuktikan bahwa pelestarian kearifan lokal tidak bisa dipisahkan dari dukungan semua pihak, termasuk aparat teritorial. Dan di tengah gelora budaya itu, sosok Koptu Hartanto berdiri sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan yaitu mengamankan desa sekaligus menjaga warisan leluhur agar tetap hidup dalam denyut masyarakat.(*)

(Arwang/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *