Jalan Rusak, Hati Tergerak: TNI-Polri dan Warga Bahu Membahu Tambal Jalan di Watulimo

Diferensia695 Views

Trenggalek, – Di tengah sempitnya anggaran pembangunan, harapan itu ternyata tidak mati. Di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, secercah semangat gotong royong tumbuh dari bawah, dari warga biasa, lalu menjalar kuat ke seluruh elemen daerah, termasuk TNI dan Polri.

Sabtu (5/7/2025), sebuah gerakan kecil yang lahir dari keprihatinan warga kini resmi dibesarkan menjadi program kolaboratif bernama Satgas Daya: Gerakan Kerja Bhakti Nembel Jalan. Launching program ini dilakukan di Desa Gemaharjo, Watulimo, menyasar ruas jalan rusak sepanjang 15 kilometer hingga Kecamatan Kampak.

Yang membedakan gerakan ini bukan hanya soal aspal dan lubang jalan, tapi siapa yang turun tangan. Prajurit TNI dari Koramil 0806-07/Watulimo, polisi dari Polsek Watulimo, para pegawai Dinas PUPR, dan masyarakat dari Komunitas Geneman bekerja bahu membahu, mengangkat batu, mencampur aspal dingin, menambal lubang, bahkan mengatur lalu lintas.

“Ini bukan sekadar proyek. Ini adalah simbol nyata bahwa jika kita bersatu, masalah seberat apa pun bisa kita hadapi bersama,” ungkap Peltu Wasito, Bati Tuud Koramil 0806-07/Watulimo.

Gerakan ini tak muncul dari ruang rapat atau proposal megah. Semangatnya berasal dari warga biasa, Komunitas Geneman, sekelompok orang yang selama ini secara sukarela dan swadaya menambal jalan rusak tanpa pamrih. Aksi mereka menjadi inspirasi Dinas PUPR untuk membentuk Satgas Daya, sebuah upaya untuk memformalkan gerakan rakyat menjadi sistem yang bisa menjangkau lebih luas.

Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, yang memimpin langsung kegiatan, menegaskan bahwa peran pemerintah adalah memberi ruang dan dukungan bagi gerakan akar rumput.

“Komunitas Geneman membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari bawah. Tugas kami adalah memperkuatnya, bukan mengambil alih,” ujarnya.

Menurut Bupati, Satgas Daya bukan hanya tentang menambal jalan, tetapi juga tentang menambal rasa kebersamaan yang mulai pudar di tengah masyarakat modern.

Langkah awal ini menjadikan Watulimo dan Kampak sebagai wilayah percontohan. Jika terbukti efektif, program ini akan diperluas ke kecamatan lain. Bahkan, Pemkab Trenggalek membuka peluang agar Satgas Daya dijadikan model nasional pembangunan berbasis gotong royong.

Bagi TNI dan Polri, keterlibatan mereka bukan sekadar soal pengamanan.

“TNI-Polri hadir bukan hanya menjaga keamanan, tapi juga menjadi bagian dari solusi. Kami siap mendukung gerakan yang murni lahir dari rakyat dan untuk rakyat,” tambah Peltu Wasito.

Di tengah lubang-lubang jalan yang dulu kerap dihindari, kini lahir harapan baru. Bukan hanya karena jalan itu mulai rata kembali, tapi karena tangan-tangan yang menambalnya adalah tangan rakyat sendiri, dibantu oleh seragam hijau dan cokelat yang tak hanya berdiri menjaga, tapi ikut mencangkul dan mencampur aspal. Di situlah Indonesia berdiri paling tegak.(*)

 

(Arwang/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *