Gus Lilur dari Vietnam: Mafia Pupuk Adalah Musuh Ketahanan Nasional!

Ekonomi472 Views

Dong Thap, Vietnam – Dari jantung lumbung beras Asia Tenggara, HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy atau Gus Lilur seorang pengusaha muda Nahdlatul Ulama asal Situbondo yang juga pendiri dan pemilik Badan Pangan Nusantara (BAPANTARA) Grup,  melontarkan kritik keras terhadap ketimpangan sistem pertanian Indonesia. Baginya, akar dari mahalnya harga beras di Indonesia bukan terletak pada iklim atau inflasi global, melainkan ulah mafia pupuk yang telah merusak sendi-sendi ketahanan nasional.

“Di Vietnam, beras kualitas terbaik hanya Rp 9.000 per kilogram. Tapi di Indonesia, harga untuk kualitas yang sama bisa tembus Rp 18.000 hingga Rp 20.000. Ini bukan persaingan pasar, ini sabotase terhadap ketahanan pangan kita,” tegas Gus Lilur dalam pernyataan resminya, Minggu (27/7/2025), dari Distrik Sa Dec, Provinsi Dong Thap, Vietnam.

Gus Lilur menekankan bahwa perbedaan harga yang begitu tajam bukan karena petani Indonesia kalah saing, melainkan karena sistem pendukung pertanian di dalam negeri dikuasai oleh segelintir kartel pupuk.

“Petani Vietnam dimanja oleh negaranya dimana pupuk tersedia, subsidi tepat sasaran, sistem distribusi rapi. Di Indonesia, pupuk langka, distribusi berantakan, dan mafia pupuk merajalela. Ini bukan lagi soal ekonomi, ini soal ancaman terhadap ketahanan nasional,” paparnya.

Gus Lilur bukan hanya menyuarakan kritik, tetapi juga menyusun aksi nyata. Dari Sa Dec, ia menyatakan tekad untuk menggerakkan perdagangan beras kualitas tinggi dari Vietnam ke berbagai negara, termasuk Indonesia, sebagai langkah pembuktian bahwa pangan berkualitas dan terjangkau bukan mimpi mustahil.

“Saya teguhkan komitmen berdagang beras terbaik dari Vietnam ke negara-negara maju, juga ke Indonesia. Ini bukan sekadar bisnis. Ini adalah jihad pangan melawan kelaparan, melawan ketidakadilan sistemik, dan melawan mafia yang mempermainkan nasib bangsa,” tegasnya.

Sebagai pemilik BAPANTARA Grup, salah satu kekuatan baru dalam lanskap perdagangan pangan Asia, Gus Lilur menyadari bahwa pangan bukan lagi semata-mata soal kebutuhan konsumsi, tetapi sudah menjadi instrumen geopolitik. Karena itu, ia menyebut mafia pupuk dan para pembajak distribusi sebagai “musuh ketahanan nasional yang tak kalah berbahaya dari infiltrasi asing.”

“Ketahanan pangan adalah bagian dari pertahanan negara. Kalau kita membiarkan pupuk dikendalikan oleh mafia, sama saja kita membiarkan musuh menguasai logistik militer kita. Musuh tak perlu menyerang, cukup buat petani kita menyerah,” katanya.

Mengakhiri pernyataannya, Gus Lilur menyerukan agar elemen bangsa, termasuk dunia militer, turut serta memikirkan soal ketahanan pangan. “Kita bisa bicara drone dan rudal, tapi jangan lupa bahwa perang besar selalu dimenangkan oleh logistik. Dan logistik pertama bangsa ini adalah beras. Kalau petani lumpuh, negara ini tak akan kuat berdiri,” pungkasnya. (*/adv)

(Rils/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *