Surabaya, – Di tengah birunya perairan Selat Madura, Universitas Airlangga (UNAIR) menorehkan jejak bersejarah. Kamis (29/5/2025), seluruh jajaran pimpinan UNAIR menggelar Rapat Pimpinan (Rapim) Tengah Tahun bukan di ruang rapat biasa, melainkan di atas Kapal Latih Republik Indonesia (KLRI) Bima Suci, kapal kebanggaan TNI Angkatan Laut.
Rapim ini bukan sekadar agenda evaluasi dan penyusunan strategi. Di atas geladak kapal yang menjadi simbol ketangguhan maritim Indonesia itu, UNAIR ingin menyampaikan pesan kuat: bahwa pendidikan tinggi harus hadir dalam denyut kebangsaan, menjawab tantangan zaman dengan semangat perjuangan.
“Kapal Bima Suci bukan hanya tempat. Ia adalah manifestasi dari semangat kebangsaan, kemandirian, dan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia,” ujar Purnawan Basundoro, Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNAIR, yang ikut dalam pelayaran tersebut.
Mengalirkan Semangat Laut ke Dunia Akademik
Rapim yang berlangsung sejak pagi hingga senja ini diikuti oleh Rektor, para Wakil Rektor, para Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana, serta Kepala Lembaga dan Unit Strategis UNAIR. Mereka berdiskusi dan menyusun arah kebijakan lembaga ke depan — namun dalam suasana yang mengingatkan pada pelayaran sejarah bangsa: dari Nusantara ke kemerdekaan.
“Laut bukan hanya batas wilayah, tetapi jantung sejarah dan masa depan Indonesia. Dengan berada di sini, kami ingin UNAIR tak hanya menjadi mercusuar ilmu, tapi juga cahaya kebangsaan,” imbuh Purnawan.
Simbol Kolaborasi Akademik dan Pertahanan Negara
KLRI Bima Suci, kapal layar megah pengganti KRI Dewa Ruci, dibangun pada 2017 sebagai kapal latih taruna Akademi Angkatan Laut dan kapal diplomasi budaya Indonesia. Pemilihan kapal ini sebagai lokasi Rapim bukan kebetulan, melainkan keputusan penuh makna: memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan institusi pertahanan, serta menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam setiap langkah UNAIR.
“Kami ingin mempertegas bahwa pendidikan tinggi tidak boleh tercerabut dari akar nasionalisme. Justru harus menjadi penjaga nilai-nilai luhur kebangsaan, sekaligus pionir peradaban,” tegasnya.
Unair: Dari Kampus Perjuangan, Menuju Kampus Peradaban
Rapim Tengah Tahun ini menjadi refleksi perjalanan UNAIR sebagai kampus perjuangan yang tak pernah lelah mengabdi untuk negeri. Dalam gelombang laut yang tenang, dalam desir angin yang membawa harapan, UNAIR menyusun langkah-langkah strategis demi kemajuan pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat.
“Di atas kapal ini, kami diingatkan: Indonesia adalah negeri yang besar, dan tanggung jawab kami untuk menjadikannya lebih bermartabat dimulai dari ruang-ruang akademik,” kata salah satu peserta Rapim dengan mata berbinar.
UNAIR meneguhkan bahwa laut adalah ruang strategis bangsa — dan ilmu pengetahuan adalah perahu yang akan mengarungi masa depan Indonesia. Dari Bima Suci, UNAIR menyuarakan semangat: mengarungi samudra ilmu, berlayar menuju kejayaan bangsa.(*)
Editor: Sulaiman













