Dalam Senyap Dentuman: Kisah Kolaborasi Damai di Tanah Lebanon

Internasional362 Views

Lebanon, – Di balik debu dan sunyi yang menyelimuti bukit-bukit tandus Lebanon, sebuah misi senyap kembali mengukir makna: bahwa perdamaian tak hanya ditulis di meja perundingan, tapi juga diwujudkan dalam kerja nyata yang penuh keberanian dan empati.

Pada Kamis (1/5/2025), pasukan dari berbagai negara bersatu dalam misi Destruction of Expired High Explosive for Sector East EOD at Controlled Demolition Site—sebuah operasi penghancuran bahan peledak sisa konflik yang tak hanya menuntut ketelitian tinggi, tapi juga keteguhan hati.

Dentuman yang terdengar kala bahan peledak dihancurkan bukan hanya suara ledakan biasa. Ia adalah simbol harapan—bahwa sisa-sisa perang bisa diubah menjadi ruang aman bagi masa depan.

Misi ini bukan kerja satu bangsa, melainkan harmoni antarnegara. Tim dari Spanyol menjadi ujung tombak pelaksana peledakan, disokong erat oleh tenaga medis dari Tiongkok yang siaga menjaga nyawa di tengah risiko. Sementara itu, pasukan pengamanan dari Indonesia dan Sri Lanka—di bawah koordinasi Mayor Laut (S) Chiven C. Sondakh, M.T.—memastikan perimeter tetap steril dan seluruh personel aman menjalankan tugasnya.

Mayor Pinaki Aggarwal dari India, yang menjabat Staff Officer Demining, memainkan peran krusial sebagai orkestra pengatur keseluruhan operasi. Di sisi lain, Kapten Arh M. Fian Wijaya, S.T.Han., M.H., dari Satgas FHQSU memimpin langsung pengamanan lapangan—satu tugas yang menuntut kesiapan mental lebih dari sekadar fisik.

Sebelum detonator dinyalakan, para personel berkumpul dalam satu ruang—briefing yang bukan hanya teknis, tapi juga sarat tanggung jawab moral. Di Kantor FP Chief FHQSU, para penjaga damai dari empat bendera berbeda menyatukan tekad untuk satu tujuan: menyelamatkan nyawa dan menghapus jejak bahaya.

Mereka kemudian menyisir lokasi, menempati dua titik vital Command Post (CP.1 dan CP.2). Di situlah mereka berjaga, mata tajam menatap horison, telinga peka mendengar perintah, dan hati yang tak henti-hentinya berdoa agar segalanya berjalan selamat.

Misi ini mungkin hanya satu hari dalam kalender perdamaian dunia. Namun bagi mereka yang berada di lapangan, setiap detik adalah taruhan antara hidup dan mati—yang mereka hadapi dengan kepala tegak dan hati yang lapang.

Karena bagi mereka, menjadi bagian dari pasukan perdamaian bukan hanya soal seragam dan pangkat. Tapi tentang mewujudkan dunia yang lebih aman, satu ledakan yang dikendalikan—demi ribuan suara anak-anak yang bisa tidur tanpa rasa takut.

(barat/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *