Unair Melangkah Bersama Nilai: Dari Visi Prof Nasih ke Misi Prof Madyan

Edukasi669 Views

Surabaya, – Aula Garuda Mukti, Universitas Airlangga (Unair), Selasa (17/6/2025), menjadi saksi pergantian kepemimpinan yang penuh makna. Dalam suasana yang sarat kehangatan dan refleksi, Prof. Dr. Muhammad Madyan, SE., M.Si., M.Fin., resmi dilantik sebagai Rektor ke-14 Unair, menggantikan Prof. Dr. Mohammad Nasih, MT., Ak., CA., yang telah memimpin kampus tersebut selama sepuluh tahun terakhir.

Lebih dari seremoni serah terima jabatan, pelantikan ini menjadi penanda kesinambungan nilai dan visi. Sebuah transisi yang menyatukan rekam jejak keberhasilan dengan harapan baru yang hendak digapai.

Selama dua periode masa kepemimpinan Prof. Nasih, Unair mencatatkan berbagai pencapaian signifikan. Di antaranya adalah posisi ke-287 dalam QS World University Rankings dan peringkat ke-9 dunia dalam THE Impact Ranking 2025. Namun, menurut Prof. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair, angka-angka itu hanyalah bagian kecil dari cerita besar tentang kepemimpinan yang membumi.

“Prof. Nasih bukan sekadar pemimpin yang mengejar prestasi, tetapi seorang penjaga nilai yang memelihara harmoni kampus. Ia mampu membangun kepercayaan, merawat ruang kolaborasi, dan menciptakan kenyamanan di tengah keberagaman,” ujarnya, Kamis (19/6/2025).

Ia menambahkan, saat pandemi COVID-19 melanda, Prof. Nasih menunjukkan keteguhan dan kebijaksanaan. “Alih-alih hanya bertahan, beliau menjadikan krisis sebagai peluang untuk bertransformasi. Itu bukan hal mudah, tapi beliau melakukannya dengan kepala dingin dan hati terbuka,” ungkapnya.

Tongkat kepemimpinan kini berada di tangan Prof. Madyan, seorang ekonom yang telah mengabdi di berbagai level struktural di Unair. Mulai dari Direktur Keuangan, Direktur SDM, hingga Wakil Rektor Bidang Sumber Daya, rekam jejaknya menunjukkan pemahaman mendalam terhadap dinamika kampus.

Dalam pidato perdananya, Prof. Madyan menekankan pentingnya menjaga kesinambungan, sekaligus membangun lompatan. “Unair harus menjadi rumah intelektual yang sehat dan produktif. Mahasiswa bukan sekadar peserta didik, tetapi agen perubahan sosial,” ujarnya.

Ia mengusung visi entrepreneurial university berbasis sosial, yang menempatkan kampus sebagai pusat solusi bagi bangsa, bukan hanya penghasil lulusan. “Amanah ini besar, tetapi saya percaya, dengan kerja kolektif, kita bisa menjadikan Unair lebih unggul, mandiri, bermartabat, dan berdampak,” tegasnya.

Pidatonya ditutup dengan kutipan sabda Nabi Muhammad SAW: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Doa dan Asa Seorang Rekan

Bagi Prof. Santi, Prof. Madyan bukanlah wajah baru. Ia adalah bagian dari Unair itu sendiri. “Kami percaya beliau bisa membawa bahtera ini menembus ombak zaman. Ia tahu betul medan yang akan dilalui,” ujarnya.

 

Dekan FKM Unair, Prof. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes. (foto: dokumen pribadi)

Ia juga menyambut baik komitmen Prof. Madyan untuk membangun fasilitas riset modern, ruang-ruang pembelajaran yang aman dan terbuka, serta pusat-pusat kolaborasi lintas disiplin. “Namun yang lebih penting, menjaga roh kampus: inklusif, bermartabat, dan berpihak pada nilai kemanusiaan,” tambahnya.

“Semoga Allah SWT meridhoi setiap langkah beliau. Semoga sehat selalu, dan membawa Unair terus memberi kebermanfaatan bagi kehidupan manusia,” ucapnya dengan lirih.

Sementara itu, Ketua Majelis Wali Amanat Unair, Prof. Sunarto, menegaskan bahwa proses pemilihan rektor kali ini berlangsung kondusif dan penuh kedewasaan organisasi. “Kepemimpinan bukan hanya tentang siapa yang memimpin, tapi tentang bagaimana nilai-nilai dasar Unair tetap hidup dan berkembang,” katanya.

Ia menambahkan, di tengah kompleksitas dunia pendidikan tinggi global, perguruan tinggi tak bisa lagi hanya mengandalkan pengajaran. “Kita harus menjadi motor transformasi sosial yang nyata dan inklusif,” ujarnya.

Hari dan momen itu bukan sekadar hari pelantikan. Ia menjadi momen kolektif bagi seluruh keluarga besar Universitas Airlangga untuk menyatukan langkah, memperkuat nilai, dan meneguhkan komitmen terhadap misi pengabdian.

Dari Prof. Nasih ke Prof. Madyan, estafet kepemimpinan berpindah tangan. Namun semangat, cita-cita, dan nilai-nilai yang menyertainya tetap tinggal. Seperti yang diamini Prof. Santi bahwa
“Kepemimpinan adalah amanah. Semoga setiap langkahnya bernilai ibadah.” (*)

 

Editor: Sulaiman R.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *