
Jakarta, – Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, menyebut para transmigran sebagai patriot bangsa sejati. Dalam dialog inspiratif di program Ngobrol Kebangsaan WRPodcast, pada Rabu (28/5/2025), Viva menyatakan bahwa para transmigran bukan sekadar warga yang berpindah tempat tinggal, melainkan agen perubahan yang mengubah tanah kosong menjadi pusat ekonomi, budaya, dan pendidikan.
“Mereka mengubah sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Dari titik nol menjadi desa, lalu tumbuh menjadi kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi,” tegas Viva dalam perbincangan yang dipandu Wahyuni Refi Setyabekti.
Sejak dimulai pada tahun 1950 hingga akhir 2024, tambah Viva, program transmigrasi telah mencetak 1.567 desa definitif, 466 kecamatan, 114 kabupaten/kota, bahkan 3 provinsi baru: Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, dan Papua Selatan.
“Transmigrasi membangun dari pinggiran. Ia tidak hanya menyebar manusia, tapi juga harapan, ekonomi, dan kehidupan,” ujar Viva penuh semangat.
Meski peluang kerja di kota besar dan luar negeri terbuka lebar, transmigrasi tetap diminati. Tahun 2024, lanjutnya, tercatat lebih dari 7.000 kepala keluarga mendaftar sebagai calon transmigran. Bahkan, sejumlah kepala daerah secara aktif meminta pemerintah untuk mengirimkan transmigran ke wilayah mereka.
“Bupati Halmahera Selatan, Siak, Nias Utara, dan lainnya datang langsung menyampaikan keinginan mendatangkan transmigran,” kata Viva.
Paradigma Baru di Era Prabowo: Desentralisasi dan Aspiratif
Menurut Viva, di era Presiden Prabowo Subianto, transmigrasi memasuki babak baru: desentralistik dan berbasis kebutuhan lokal. Tak lagi top-down seperti dulu, tapi kini bottom-up – sesuai aspirasi daerah.
“Kepala daerah tahu persis manfaat transmigran. Tanah kosong bisa jadi sawah, perkebunan, tambak, hingga sentra ekonomi baru,” jelasnya.
Di era kini, transmigran tak melulu jadi petani. Banyak daerah butuh nelayan, pekerja tambang, tenaga kebun, bahkan ahli teknologi dan pendidikan. Bahkan, syarat menjadi transmigran kini lebih fleksibel.
“Lajang pun bisa ikut transmigrasi. Lewat program Transmigrasi Patriot, mahasiswa yang menerima beasiswa dari kementerian bisa terjun langsung membangun wilayah baru,” papar Viva.
Lebih dari sekadar program, lanjut Viva, transmigrasi adalah misi kebangsaan: membuka keterisolasian, menyebarkan pemerataan, dan menghidupkan Indonesia dari pinggiran. Para transmigran adalah pelaku sejarah yang membawa obor pembangunan ke penjuru nusantara.
“Transmigrasi bukan masa lalu. Ia adalah masa depan Indonesia yang berkeadilan,” pungkas Viva Yoga.(*)
Kontributor: Ardi Winangun
Editor: Sulaiman
Foto: Kementrans













