Tanpa Syarat, Tanpa Sorotan: Ketulusan Seorang Babinsa untuk Rakyat

Kisah Babinsa Koramil 18/Kalijambe, Kodim 0725/Sragen

Babinsa737 Views

Sragen, – Tidak ada kamera, tidak ada panggung, tidak pula tepuk tangan. Hanya deru napas dan peluh yang membasahi seragam loreng di tengah terik matahari siang. Di sebuah sudut Dukuh Kalongbali Kidul, Desa Jetiskarangpung, Kecamatan Kalijambe, seorang prajurit TNI tampak khusyuk mencampur adukan semen. Ia bukan membangun markas. Ia membantu mendirikan dapur kecil milik seorang warga kurang mampu.

Ia adalah Sertu Suryadi, Babinsa Koramil 18/Kalijambe, Kodim 0725/Sragen. Datang tak membawa janji, tapi memberi bukti. Bekerja tanpa pamrih, hanya karena satu alasan: cintanya kepada rakyat.

“Kadang mereka tak butuh banyak. Mereka hanya ingin tahu bahwa ada yang peduli, ada yang hadir,” ujarnya pelan, sembari menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya, Kamis (15/5/2025).

Di desa-desa seperti ini, pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tapi soal harapan. Dapur yang dibangun itu mungkin kecil, tetapi artinya besar bagi keluarga pemiliknya—sebuah ruang yang kelak akan menjadi tempat hangat memasak, tempat keluarga berkumpul, tempat kehidupan sederhana berlangsung dengan layak.

Apa yang dilakukan Suryadi bukanlah tugas administratif. Ia tidak mengejar penilaian. Ini adalah cermin dari jiwa seorang prajurit—yang tahu bahwa mengabdi tidak selalu tentang medan tempur, tapi juga tentang hadir di tengah derita rakyat, dan turut menyembuhkan luka-luka kecil dalam kehidupan mereka.

Tak hanya sendiri, Suryadi pun menggerakkan warga sekitar untuk turut gotong royong. Mereka datang membawa cangkul, kayu, dan semangat. Sebuah momen langka di zaman yang kerap menggerus solidaritas. Di sinilah semangat gotong royong itu kembali hidup—berdenyut dalam tawa, kerja sama, dan rasa saling peduli.

“Ini bukan cuma soal membangun dapur. Ini tentang membangun kebersamaan, memperkuat solidaritas, dan menjaga nilai-nilai sosial yang jadi kekuatan bangsa ini,” kata Suryadi dengan mata yang jernih dan bersahaja.

Bagi masyarakat, kehadiran Babinsa seperti Suryadi lebih dari sekadar pengayom. Ia adalah telinga yang mendengar keluh kesah. Ia adalah tangan yang membantu saat harapan mulai meredup. Ia adalah sosok yang mungkin datang tanpa diminta, tapi selalu tahu kapan harus hadir.

Di balik seragam loreng dan sikap disiplin itu, tersembunyi hati yang lembut dan hangat. Tulus memberi tanpa pamrih, tanpa sorotan kamera, tanpa perlu pujian. Karena bagi Sertu Suryadi dan ribuan Babinsa lain di seluruh penjuru negeri, pengabdian sejati bukan tentang dikenang—tetapi tentang hadir dan berarti. (*)

 

Kontributor: Agus Rodo Kemplu

Editor: Sulaiman 

Foto: Agus Rodo Kemplu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *