Saat Sekolah Rusak, Warga dan TNI di Bulukumba Bangkit Bersama

Filantropi484 Views

Bulukumba, – Ruang kelas yang rubuh tak menyurutkan semangat belajar. Ketika SDN 81 Palampang di Dusun Bontosunggu, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, rusak berat usai tertimpa pohon tumbang, warga tak menunggu bantuan pemerintah. Dipimpin Babinsa Koramil 1411-02/Bulukumba, Serma Marsuki, mereka bergotong royong memperbaiki bangunan sekolah secara swadaya.

Tiga ruang kelas yang rusak membuat proses belajar mengajar lumpuh. Sejumlah tingkatan terpaksa digabungkan dalam satu ruang sempit, tanpa ventilasi memadai dan fasilitas pendukung. Suasana belajar menjadi tidak kondusif, terlebih bagi siswa-siswa kelas bawah yang membutuhkan perhatian lebih dari guru.

“Sekolah ini milik kita bersama. Kalau bukan kita yang bergerak, siapa lagi?” kata Serma Marsuki, Jumat (1/8/2025), saat memimpin kegiatan gotong royong.

Ia mengajak warga untuk tak hanya menunggu datangnya bantuan formal, melainkan memulai dengan apa yang bisa dilakukan. Batu bata, pasir, kayu bekas bangunan, hingga atap seng dikumpulkan dari rumah ke rumah. Setiap warga menyumbang sesuai kemampuan, tenaga, waktu, atau bahan bangunan.

SDN 81 Palampang sebenarnya sangat membutuhkan perbaikan menyeluruh. Namun, bantuan pemerintah sulit direalisasikan karena status lahan sekolah yang hingga kini masih dalam sengketa. Tanpa kejelasan legalitas, sekolah itu tidak bisa dimasukkan ke dalam daftar penerima anggaran pembangunan.

Meski demikian, warga tak tinggal diam. Mereka terus menyisihkan waktu di sela pekerjaan sehari-hari untuk membenahi ruang kelas yang rusak. Pemerintah desa, orang tua murid, dan tokoh masyarakat ikut terlibat aktif dalam kerja bakti.

“Ini bukan hanya soal bangunan fisik, tetapi soal menjaga semangat belajar anak-anak kami,” ujar Nurhadi, salah seorang warga yang ikut bergotong royong.

Kehadiran Babinsa dalam perbaikan sekolah ini menunjukkan bahwa tugas aparat teritorial tak hanya terbatas pada keamanan. Kehadiran Serma Marsuki dalam kegiatan tersebut menjadi bukti nyata bahwa TNI juga hadir untuk memperkuat daya tahan sosial masyarakat di wilayah binaannya.

Menurutnya, pendidikan adalah fondasi utama pembangunan, dan tidak bisa menunggu sampai semua urusan administratif selesai. Yang lebih penting adalah menjamin anak-anak tetap memiliki ruang yang layak untuk menuntut ilmu.

“Peran kami adalah menjembatani. Mendorong semangat warga dan memastikan bahwa sekolah ini bisa kembali digunakan meskipun dengan segala keterbatasan,” kata Marsuki.

Pembangunan kembali SDN 81 Palampang mungkin tak secepat proyek pemerintah, tapi langkah-langkah kecil dari warga dan Babinsa ini menyimpan makna besar. Ia menunjukkan bahwa gotong royong bukan sekadar semboyan, melainkan sikap hidup yang masih kuat di akar rumput.

Apa yang dilakukan warga Dusun Bontosunggu menjadi pengingat bahwa pendidikan tak hanya dibangun dengan dana, tetapi juga dengan empati, kepedulian, dan kebersamaan. (*)

(Barat/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *