Saat Prajurit dan Relawan Menantang Longsor Demi Kemanusiaan

Humanitas402 Views

Trenggalek, – Di balik lereng curam dan tanah basah yang terus bergerak, ada nyala semangat yang tak bisa dipadamkan. Selama empat hari penuh, medan ekstrem dan cuaca yang berubah-ubah tak mampu menghentikan langkah kaki para prajurit TNI, anggota Polri, Basarnas, BPBD, dan para relawan yang menyatukan tekad: menemukan mereka yang hilang, demi kemanusiaan.

Kamis (22/5/2025), pencarian korban longsor di Dusun Kebonagung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, akhirnya menemukan titik terang. Dua warga lanjut usia—Yatemi (70) dan Mesinem (90)—ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, tertimbun material longsoran yang berat dan dalam.

Proses evakuasi berjalan penuh perjuangan. Tanah longsor yang tebal, licin, dan tidak stabil menjadi tantangan utama. Namun tak satu pun petugas dan relawan menyerah. Mereka tak hanya membawa alat, tapi juga membawa harapan dan doa.

Kapten Inf Zainal Arifin, Danramil 0806-04/Bendungan, memimpin langsung operasi pencarian. “Korban yang telah ditemukan dua orang. Jenazah telah kami bawa ke RSUD dr. Soedomo untuk proses identifikasi dan pemulasaraan,” ujarnya. Namun lebih dari laporan formal, Kapten Zainal mengungkapkan perasaan terdalam mereka yang berada di lapangan: “Kami tahu kami bukan hanya menggali tanah, kami sedang menggali martabat kemanusiaan.”

Setiap detik di lokasi longsor adalah pertaruhan nyawa. Tak ada jaminan keselamatan, hanya keyakinan bahwa tak satu pun warga boleh hilang tanpa dicari. Sinergi lintas lembaga—TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan warga—menjadi kekuatan utama dalam menembus keterbatasan alat dan beratnya medan.

“Kami bekerja dengan hati. Saat tubuh lelah, kami ingat bahwa di balik setiap timbunan tanah itu, ada ibu, ada nenek, ada manusia yang dicintai,” ujar salah satu relawan yang tak sempat menyebutkan nama, matanya basah oleh kabut dan air mata.

Hingga malam tiba dan kondisi semakin gelap, pencarian masih berlanjut. Meski harus dihentikan sementara karena tanah makin labil dan hujan tak kunjung reda, seluruh tim bersiap untuk melanjutkan misi kemanusiaan ini di hari berikutnya.

Tragedi longsor di Trenggalek menjadi pengingat keras bagi kita semua: bahwa wilayah rawan bencana membutuhkan perhatian lebih dari sekadar tanggap darurat. Mitigasi risiko, edukasi kebencanaan, dan kesiapsiagaan warga harus menjadi prioritas nyata. Bukan hanya saat bencana datang, tapi jauh sebelumnya.

Namun di tengah duka ini, Indonesia kembali menunjukkan wajah terbaiknya. Prajurit, polisi, relawan, dan warga bahu-membahu tanpa pamrih. Karena bagi mereka, tak ada panggilan lebih suci selain menyelamatkan sesama -meski harus menantang longsor dan menantang maut.

(Arwang/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *