Mengetuk Pintu Hati, Menyatukan Langkah: Anjangsana Humanis Satgas Yonif 641/Bru di Distrik Kelila

Komsos373 Views

Mamberamo Tengah, – Di tengah hamparan hijau Pegunungan Papua, kehangatan tak selalu datang dari matahari. Kadang, ia hadir lewat sapaan hangat seorang prajurit, lewat tangan yang mengetuk pintu rumah warga, atau sekotak sembako yang dibawa dengan niat tulus. Itulah yang dilakukan oleh Satgas Yonif 641/Bru saat menyambangi warga di Distrik Kelila, Kabupaten Mamberamo Tengah, Senin (12/05/2025).

Anjangsana ini bukan sekadar rutinitas tugas, tapi sebuah jembatan hati. Para prajurit tak datang membawa senjata, melainkan senyum dan perhatian. Mereka duduk bersila di beranda rumah warga, mendengar keluh kesah, bercengkerama dengan anak-anak, dan membagikan sedikit rezeki berupa sembako dan camilan. Kegiatan yang sederhana, tapi punya makna mendalam: bahwa negara hadir, tidak hanya sebagai penjaga, tapi juga sebagai sahabat.

Kapten Inf Rio Bayu Rindyatmaja, Danpos Kelila, mengatakan bahwa keberadaan Satgas Yonif 641/Bru di Kelila bukan hanya demi menjaga kedaulatan NKRI, melainkan juga demi merawat harmoni dan kedekatan dengan masyarakat.

“Kami ingin kehadiran kami dirasakan dengan hati. Kami datang bukan hanya untuk mengamankan, tapi juga untuk menyapa, untuk menunjukkan bahwa TNI ada dan peduli. Anjangsana ini bagian dari upaya kami menjalin persaudaraan, karena rakyat adalah bagian dari kami,” ujar Kapten Rio dengan nada lembut.

Bersama anak-anak yang tertawa riang menerima snack, serta orang tua yang mengucap terima kasih penuh haru, para prajurit kembali diingatkan akan esensi tugas mereka: menjaga bukan hanya batas wilayah, tetapi juga ikatan batin antar sesama anak bangsa.

Kehadiran TNI yang bersahabat dan merakyat di pelosok negeri seperti Kelila, menunjukkan bahwa membangun bangsa tak selalu dimulai dari mimbar besar atau gedung megah – kadang, ia lahir dari obrolan hangat di depan rumah bambu, dari secangkir kopi yang dibagi, dan dari senyum yang tumbuh karena rasa aman.

“TNI selalu ada untuk rakyat,” bukan sekadar slogan. Di tanah yang jauh dari gemerlap kota, semboyan itu hidup — dalam langkah kaki, dalam pelukan hangat, dan dalam setiap hati yang merasa tidak sendiri.

(Barat/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *