
Timor Tengah Utara, – Di garis paling depan kedaulatan bangsa, di tanah yang terik dan sunyi di perbatasan Indonesia–Timor Leste, para prajurit Satgas Pamtas RI-RDTL Yonarhanud 15/DBY tidak hanya menjaga batas negara dengan senjata dan disiplin, tetapi juga dengan harapan dan kehidupan.
Dipimpin Wadanpos Inbate, Sertu Apdilie, delapan prajurit dari Pos Inbate melaksanakan patroli rutin menyusuri patok-patok perbatasan di Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara. Namun ada yang istimewa pada patroli Selasa (13/5/2025) itu: mereka membawa bibit kelapa dan menanamnya satu per satu di sepanjang garis batas negeri.
“Ini bukan sekadar pohon. Ini adalah penanda bahwa kami hadir tidak hanya sebagai penjaga, tetapi sebagai penanam masa depan. Kelapa yang kami tanam hari ini mungkin kecil, tapi kelak akan tumbuh tinggi—seperti semangat kami menjaga negeri ini,” ujar Sertu Pandi Irawan, Danpos Satgas Pos Haumeniana dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/5/2025).
Sebanyak tiga bibit kelapa ditanam hari itu. Jumlah yang tampak sederhana, namun menyimpan makna mendalam: harapan, ketekunan, dan cinta tanah air yang tumbuh di tanah terdepan Nusantara. Kelapa-kelapa itu akan dikontrol dua kali dalam sebulan agar tak dirusak hewan atau cuaca. Targetnya, dua dekade ke depan, pohon-pohon itu akan berdiri gagah sebagai saksi bisu pengabdian prajurit TNI yang tak mengenal lelah.
Kegiatan ini tidak hanya tentang menghijaukan perbatasan, tapi juga merawat batas-batas harga diri bangsa. Di setiap patok yang dicek, para prajurit memastikan tidak ada pergeseran, kerusakan, atau hilangnya penanda kedaulatan.
“Kami menjaga lebih dari sekadar garis batas. Kami menjaga martabat negara, kami menjaga kehidupan masyarakat perbatasan dari potensi ancaman seperti jalur tikus yang bisa disalahgunakan,” lanjut Sertu Pandi.
Di antara semilir angin perbukitan dan medan berat yang menantang, prajurit-prajurit ini berjalan tanpa pamrih. Mereka tak hanya membawa senjata, tetapi juga nurani. Mereka menanam tak hanya kelapa, tetapi juga rasa aman, cinta, dan harapan bagi generasi yang akan datang.
Karena di ujung negeri, di tempat yang sering terlupa, justru para penjaga seperti merekalah yang menyalakan terang: bahwa Indonesia bukan hanya ada di kota-kota besar, tetapi juga hidup di akar-akar kelapa yang tumbuh di tanah perbatasan.
(Barat/Sulaiman)







