Surabaya, – Inovasi kembali lahir dari kampus Universitas Airlangga (UNAIR). Kali ini, Albert Rafael, mahasiswa Fakultas Teknologi dan Multidisiplin (FTMM), menciptakan sistem digital bernama NauticalNurture yang dirancang untuk memperbaiki rantai pasok rumput laut Indonesia agar lebih efisien dan bernilai tambah tinggi.
Lewat gagasan inovatif tersebut, Albert berhasil meraih Juara 3 kategori Energy Optimization dalam ajang Pertamuda Energy Founder 2025, kompetisi business plan tingkat nasional yang diselenggarakan PT Pertamina (Persero) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) di Yogyakarta pada 24–30 Oktober 2025.
Kompetisi ini bertujuan mendorong lahirnya startup energi berkelanjutan dari kalangan mahasiswa di seluruh Indonesia. Dari lebih dari 3.600 peserta, Albert berhasil menembus babak final dan mengharumkan nama UNAIR di tingkat nasional.
“Bisa sampai di tahap ini merupakan pembuktian dan validasi dari ide yang selama ini saya pikirkan. Akhirnya ide itu dapat dituangkan dalam business plan dan mendapat sambutan baik dari banyak pihak,” ujar Albert, Selasa (4/11/2025). “Saya juga mendapat banyak pelajaran dan wawasan dari mentor serta teman-teman hebat yang berjuang bersama.”
Dalam kompetisi tersebut, Albert memperkenalkan NauticalNurture, sistem operasi digital yang mengintegrasikan teknologi artificial intelligence atau akal imitasi (AI) untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok rumput laut.
Sistem ini menawarkan sejumlah fitur utama, seperti grading kualitas berbasis citra visual, pengemasan dengan label transparan standar ekspor, serta penyediaan infrastruktur pendukung bagi para pemasok di lapangan. Melalui pendekatan digital, sistem ini diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di dunia.
“Saya ingin membantu para pelaku usaha di sektor rumput laut agar dapat menjual produk mereka dengan nilai yang lebih tinggi dan bersaing di pasar global,” jelas Albert.
Albert menargetkan uji coba sistem NauticalNurture di sejumlah sentra produksi rumput laut di Indonesia. Ia juga membuka peluang kerja sama dengan asosiasi, offtaker, serta pemangku kepentingan di sektor maritim untuk memperluas implementasi sistem ini.
“Harapannya, semakin banyak pihak dalam rantai pasok rumput laut yang diuntungkan, sehingga pertumbuhan blue economy di Indonesia dapat berjalan lebih optimal,” ujarnya. “Kompetisi seperti Pertamuda ini penting karena memberi ruang bagi anak muda untuk berani berinovasi dan berkontribusi bagi transformasi bangsa.” pungkasnya. (*)
(pkip/sulaiman)






