
Manokwari Selatan, – Di tengah sunyi dan tenangnya alam Papua Barat, sebuah momen sederhana namun penuh makna tercipta di Kampung Yarmatum, Distrik Tahota, Kabupaten Manokwari Selatan, Rabu (14/5/2025). Bukan aksi militer atau latihan tempur yang terjadi, melainkan langkah-langkah penuh kehangatan dari para prajurit Satgas Yonif 642/Kps yang datang bukan membawa senjata, tapi membawa cinta dan kepedulian.
Danpos Kout Tahota, Lettu Inf Supiyan, memimpin langsung kegiatan bakti sosial itu. Ia dan sejumlah anggota pos mendatangi rumah-rumah warga dengan tangan membawa bingkisan, dan hati membawa niat tulus untuk menyambung silaturahmi serta mempererat persaudaraan.
“Baksos ini bukan sekadar memberi, tapi tentang hadir dan menyapa. Kami ingin masyarakat tahu bahwa kami di sini bukan hanya penjaga keamanan, tapi juga bagian dari keluarga mereka,” tutur Lettu Supiyan dengan suara pelan namun sarat ketulusan.
Bingkisan sederhana berupa beras, telur, dan mie instan diberikan kepada warga. Tapi lebih dari itu, yang mereka bawa adalah rasa aman, kebersamaan, dan kehangatan yang tak ternilai. Di kampung kecil itu, pelukan dan senyum menjadi bahasa utama yang menghubungkan hati prajurit dan warga.
Yohanes Eis, salah satu tokoh masyarakat Kampung Yarmatum, tak kuasa menahan haru. Baginya, kehadiran para prajurit TNI bukan hanya menjadi penjaga wilayah, tapi juga teman, saudara, dan pelipur lara di saat sulit.
“Terima kasih sudah mau datang, sudah peduli. Bantuan ini memang sederhana, tapi kehadiran kalian jauh lebih berarti. Kami merasa diperhatikan, tidak sendiri,” ucap Yohanes dengan suara yang nyaris bergetar, sembari menggenggam erat tangan seorang prajurit.
Di tengah kerasnya tugas menjaga kedaulatan, para prajurit Yonif 642/Kps tak lupa menjalankan misi kemanusiaan: hadir di hati rakyat. Mereka sadar, keamanan tak cukup dibangun dengan kekuatan, tapi juga dengan kedekatan dan kasih sayang.
Apa yang terjadi di Kampung Yarmatum hari itu bukan sekadar kegiatan rutin. Ia adalah potret nyata dari wajah TNI yang bersahabat—yang tahu bahwa membangun bangsa juga berarti menyentuh hati warganya, satu per satu, dengan cinta yang tulus dan tangan yang terbuka.
(barat/sulaiman)













