Surabaya, – Kabar membanggakan datang dari panggung debat nasional. Delegasi mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menorehkan prestasi gemilang dalam ajang Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) yang digelar oleh Ditjen Belmawa Kemendiktisaintek.
Puncak penghargaan berlangsung di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, pada Jumat (24/10/2025) lalu. Dalam kompetisi bergengsi ini, tim UNAIR sukses membawa pulang dua pencapaian besar: Muhammad Narendra Putra Nazar (FISIP) dinobatkan sebagai Juri Institusi (N1) Terbaik I kategori Utama, sementara duet Mochamad Rafi Pratama Hariyanto Putra (FK) dan Najwa Latifah (FISIP) berhasil melaju hingga babak semifinal.
Dosen pembina UKM Airlangga Debating Society (ADS), Usma Nur Dian Rosyidah, S.S., M.A., mengaku bangga atas capaian para “Ksatria Airlangga” tersebut. Menurutnya, KDMI merupakan kompetisi debat Bahasa Indonesia paling prestisius di Tanah Air, sejajar dengan berbagai ajang bergengsi lain di bawah Ditjen Belmawa.
“KDMI lahir pada 2018 untuk mewadahi para debater Indonesia di level nasional. Sebelumnya, sejak 2008, Kementerian sudah memiliki ajang NUDC untuk debat Bahasa Inggris,” jelas Dian dalam keterangannya, Senin (3/11/2025).
Ia menambahkan, UNAIR memiliki rekam jejak panjang dan konsisten dalam dunia debat nasional. Dari awal menapaki kategori Novice (Pratama), kini tim debat UNAIR telah menjadi salah satu kekuatan utama di kategori Open (Utama).
“Menjadi semifinalis di KDMI bukan hal mudah. Penilaian tidak hanya dari kemampuan debat, tapi juga portofolio, termasuk pengalaman sebagai juri (N1). Tahun ini kami bersyukur bisa sampai semifinal. Semoga tahun depan bisa menembus grand final,” ujarnya optimistis.
Antara Kuliah dan Debat: Strategi di Balik Prestasi
Perjalanan menuju podium prestasi tentu tidak mulus. Padatnya jadwal kuliah menjadi tantangan utama para delegasi. Namun, strategi dan komitmen menjadi kunci mereka bertahan dan bersinar. Rafi, mahasiswa Fakultas Kedokteran, bercerita bahwa koordinasi menjadi senjata utama tim.
“Kami atur jadwal latihan dan kuliah lewat Google Calendar supaya semuanya sinkron dan enggak ada yang tertinggal,” tuturnya.
Sementara itu, Narendra menekankan pentingnya komitmen dan kedisiplinan. “Semua anggota punya kesibukan masing-masing, tapi yang membedakan adalah komitmen untuk terus latihan dan menjaga komunikasi,” katanya.
Bagi Najwa Latifah, kekuatan terbesar justru datang dari keseimbangan diri. “Kalau hasilnya belum maksimal, ya berarti masih ada ruang untuk belajar. Yang penting bisa saling menopang partner, baik secara mental maupun fisik,” ucapnya.
Keberhasilan tim debat UNAIR juga tak lepas dari dukungan kampus yang solid. Dari pembiayaan, pelatihan, hingga pendampingan teknis, UNAIR terus hadir untuk memastikan para delegasi dapat tampil maksimal. “UNAIR selalu memfasilitasi kami, mulai dari coaching, dukungan logistik, hingga mentoring. Jadi kami bisa lebih fokus dan percaya diri,” ujar Narendra, peraih gelar Juri Terbaik Nasional.
Ia berharap dukungan tersebut terus ditingkatkan di tahun-tahun mendatang. “Pendampingan seperti ini sangat berarti. Semoga bisa terus diperkuat supaya kami bisa tampil lebih baik lagi dan mengharumkan nama kampus di kancah nasional,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) merupakan ajang debat Bahasa Indonesia antar perguruan tinggi yang digagas Ditjen Belmawa sejak 2018. KDMI menjadi wadah pengembangan nalar kritis, kemampuan argumentasi, serta kemampuan berpikir logis mahasiswa Indonesia — sekaligus pembuktian bahwa ide dan kata-kata juga bisa menjadi alat perubahan.(*)
(rils/sulaiman)






