Kritik Pedas untuk Ajang Kacong Cebbing Sumenep: “Panggung Megah, Tapi Tanpa Arah!”

Ekonomi582 Views

Sumenep, – Jelang Grand Final Kacong Cebbing Sumenep 2025, kritik tajam datang dari kalangan pelaku industri pariwisata lokal. Bisron Ali, Korwil Asosiasi Pariwisata Madura (ASPRIM) dan Wakil Sekretaris PHRI Sumenep, menyebut ajang duta wisata tahunan itu lebih sibuk membangun panggung megah ketimbang arah masa depan para finalis.

“Setelah selempang disematkan, lalu apa? Potensi mereka lenyap dalam sunyi,” tegas Bisron dalam pernyataan tertulis yang viral di kalangan pelaku wisata Madura, Senin (23/6/2025).

Bisron menyoroti kurangnya transparansi dan keterbukaan informasi dari panitia. Hingga dua hari menjelang malam final, publik belum mengetahui siapa finalisnya, siapa jurinya, apa hadiahnya, bahkan siapa EO penyelenggara.

“Ajang publik kok seperti acara rahasia? Jangan disembunyikan, publikasikan secara terbuka!” tegasnya.

Minimnya kanal digital seperti website dan media sosial aktif membuat potensi para peserta duta wisata ini terisolasi dari jangkauan publik dan pelaku industri.

Sebagai pengurus PHRI, pemilik biro wisata, dan konsultan desa wisata, Bisron menyebut para finalis Kacong Cebbing sesungguhnya memiliki potensi luar biasa: fasih berbahasa asing, percaya diri di panggung publik, mahir membuat konten, hingga berbakat di bidang seni dan komunikasi.

Namun karena tidak adanya sistem publikasi resmi, dunia usaha kesulitan mengakses mereka.

“Kami tak perlu mereka tampil megah. Kami butuh akses pada profil dan kompetensi mereka. Sayangnya, sampai hari ini, kami bahkan tidak tahu siapa mereka,” keluhnya.

Menurut Bisron, para finalis bisa langsung mengisi kebutuhan SDM di hotel, restoran, biro perjalanan, hingga desa wisata. Namun, tanpa publikasi dan sistem yang terbuka, semua potensi itu mubazir.

“Desa wisata butuh guide, konten kreator, duta budaya. Tapi tidak tahu ke mana mencari. Padahal para finalis Kacong Cebbing itu jawabannya. Hanya saja, mereka tidak pernah benar-benar diorbitkan.”

Bisron menyerukan agar Pemkab Sumenep, Dinas Pariwisata, dan panitia ajang Kacong Cebbing melakukan reformasi menyeluruh dalam sistem penyelenggaraan seperti website resmi dengan profil lengkap semua finalis; media sosial aktif dan profesional; dan publikasi terbuka tentang juri, EO, proses seleksi, hingga hadiah; lalu roadmap pembinaan satu tahun ke depan serta adanya kolaborasi terbuka dengan PHRI, ASPRIM, komunitas, dan pelaku industri

“Kami siap terlibat. Tapi hanya jika ajang ini tidak sekadar jadi seremoni,” tegas Bisron.

Kami Tak Butuh Panggung Megah, Kami Butuh Arah!” Kalimat itu menjadi simpul dari kritik yang dilontarkan Bisron. Ia mengaku siap membantu dengan pelatihan personal branding digital, publikasi portofolio peserta, dan menjembatani dunia usaha dengan para finalis.

“Kacong Cebbing seharusnya bukan panggung satu malam. Tapi pintu masuk karier bagi talenta muda Sumenep,” pungkasnya.(*)

Editor: Sulaiman R

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *