Ketika Masa Purnatugas Didekati dengan Harapan: Kodim 0808 Bekali Prajurit Beternak Sapi Perah

Ekonomi622 Views

Blitar, – Tidak ada yang abadi dalam seragam. Setiap prajurit, pada akhirnya, akan menanggalkan senjata, menutup lembaran tugas, dan pulang—bukan ke medan perang, tapi ke ladang pengabdian yang lain. Dan di masa transisi inilah, perhatian kecil bisa berarti harapan besar.

Dengan semangat membekali para anggotanya menjelang masa purnatugas, Kodim 0808/Blitar menggelar pelatihan beternak sapi perah di Desa Pagersari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Di sebuah halaman rumah sederhana milik Sertu (K) Mira, anggota Koramil 0808/15 Gandusari, suasana pagi itu hangat, akrab, dan penuh makna.

Sekitar 20 prajurit perwakilan dari Koramil jajaran berkumpul—bukan untuk apel atau latihan tempur, tapi untuk belajar hidup baru. Di antara mereka ada Serma Marten, prajurit senior yang akan memasuki masa pensiun beberapa bulan lagi. Wajahnya tenang, matanya berbinar saat melihat langsung cara merawat sapi, menyusun pakan, dan memahami ritme keseharian peternak.

“Kami diajari dari dasar, dari teori sampai praktik langsung di kandang. Ini bukan cuma pelatihan, tapi bekal hidup. Saya merasa dihargai, diberi arah,” tutur Serma Marten, suaranya pelan namun penuh rasa syukur.

Kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Dandim 0808/Blitar, Letkol Inf. Hendra Sukmana, yang memberikan pesan menyentuh: bahwa prajurit, meski tidak lagi aktif di kesatuan, tetaplah pejuang bagi keluarga dan masyarakat.

“Kami tidak ingin para anggota pensiun dalam kesunyian dan kebingungan. Kami ingin mereka pulang dengan harapan, dengan kepercayaan bahwa masih banyak hal baik yang bisa mereka kerjakan,” ujar Dandim Hendra, sembari menepuk pundak salah satu peserta yang tampak larut dalam keseriusan belajar.

Pelatihan ini bukan hanya tentang peternakan. Ia menjadi simbol kehangatan, transisi yang manusiawi, dan perhatian yang tulus dari institusi kepada orang-orang yang telah mengabdikan hidupnya. Bahwa masa pensiun bukanlah akhir, melainkan awal dari musim baru: musim bertumbuh, mandiri, dan memberi kembali kepada masyarakat.

Sertu (K) Mira dan suaminya, Helmi Cahya Candra Kirana, yang membuka rumah dan kandangnya sebagai tempat pelatihan, juga menunjukkan bahwa keterampilan sederhana bisa menjadi jalan kesejahteraan. Dari tangan mereka, ilmu ditularkan dengan penuh cinta.

Dan dari pelatihan ini, harapan itu mengalir pelan-pelan seperti susu segar dari sapi perah—putih, jernih, dan menyejukkan.(*)

 

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *