Hadapi Cuaca Ekstrem saat Libur Nataru, Peringatan Dosen UNAIR Pada Wisatawam: Keselamatan Nomor Satu!

Edukasi, Ekonomi23 Views

Surabaya, Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) selalu menjadi magnet bagi masyarakat untuk berwisata. Namun belakangan, perubahan cuaca yang kian tak terduga membuat rencana liburan menuntut persiapan lebih serius. Di tengah kondisi yang cenderung ekstrem, para calon wisatawan diminta tidak hanya fokus pada destinasi, tetapi juga pada keselamatan diri.

Dosen D4 Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR), Novianto Edi Suharno SSTPar., M.Si., mengingatkan bahwa seluruh rencana perjalanan seharusnya berada di bawah satu prinsip utama: keselamatan.

“Prinsip utamanya adalah mengutamakan keselamatan, bukan rencana wisatanya. Kita selalu bisa berkunjung di waktu lain, tapi keselamatan tidak bisa ditawar,” ujarnya, Senin (8/12/2025).

Menurut Novianto, wisatawan perlu mengikuti terus-menerus pembaruan informasi dari BMKG, terutama yang berkaitan dengan cuaca di lokasi tujuan. Keputusan memilih moda transportasi juga perlu dilakukan dengan pertimbangan matang.

Ia mencontohkan, kereta api kerap menjadi pilihan lebih aman saat hujan lebat. Sementara untuk kendaraan pribadi, jenis kendaraan harus disesuaikan dengan karakter wilayah yang akan didatangi.

“Kalau ke gunung jangan pakai sedan. Lalu pilih akomodasi yang fleksibel untuk pembatalan dan refund. Dengan cuaca sulit diprediksi, last minute booking justru lebih aman ketika kondisi sudah jelas,” jelasnya.

Pemilihan destinasi juga perlu adaptif. Tempat wisata indoor seperti museum, galeri seni, pertunjukan dalam gedung, atau pusat perbelanjaan dinilai lebih resilien terhadap cuaca buruk. Sementara untuk wisata alam, Novianto menekankan pentingnya memilih kawasan konservasi yang memiliki manajemen risiko baik.

“Pastikan ada tata kelola yang jelas: infrastruktur memadai, jalur evakuasi, dan sistem peringatan dini,” katanya.

Novianto juga memberi panduan bagi wisatawan yang telanjur berada di lokasi saat cuaca berubah drastis. Hal pertama dan paling penting adalah memahami protokol keselamatan. “Pahami titik evakuasi. Hentikan aktivitas jika tidak memungkinkan. Misalnya di gunung terjadi badai, protokol utamanya ya menghentikan pendakian,” tegasnya.

Ia menambahkan, jangan pernah mengandalkan pengalaman masa lalu sebagai acuan tunggal saat menghadapi cuaca ekstrem.

Menutup penjelasannya, Novianto mengingatkan bahwa alam selalu penuh ketidakpastian. Karena itu, literasi masyarakat tentang cuaca dan manajemen risiko perlu diperkuat.

“Jangan memaksakan aktivitas outdoor hanya karena dulu pernah aman. Alam itu unpredictable. Bangun komunikasi yang aktif dengan pengelola destinasi dan pahami benar kondisi yang akan dihadapi,” pungkasnya.(*)

(pkip/sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *