Efek Domino Monumen Reog: Dana Pusat Mengalir Deras ke Ponorogo, Infrastruktur dan Pariwisata Melaju

Ekonomi476 Views

Ponorogo, – Sebuah monumen raksasa tengah menjadi magnet perubahan di Ponorogo. Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) yang menjulang setinggi 126 meter di perbukitan kapur Kecamatan Sampung, tak sekadar menjadi simbol kebangkitan budaya lokal. Ia juga memicu efek domino pembangunan yang luar biasa.

Tak hanya menjadi ikon baru pariwisata Jawa Timur, keberadaan MRMP ikut mengundang guyuran dana dari Pemerintah Pusat ke Bumi Reyog. Dana Alokasi Khusus (DAK) Tematik dan program strategis Instruksi Presiden Jalan Daerah (IJD) mulai mengalir deras, menyasar pembangunan kawasan, penataan permukiman, hingga perbaikan infrastruktur konektivitas antarwilayah.

“Monumen ini ibarat pemantik. Ketika api menyala, seluruh ekosistem pendukungnya ikut bergerak,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Ponorogo, Jamus Kunto Purnomo, saat ditemui tim media ini pada Jumat (20/6/2025) lalu.

Pada akhir 2024, DAK Tematik dari APBN telah menyokong penataan kawasan permukiman di sekitar MRMP senilai Rp 10,6 miliar. Jalan paving, drainase modern, jaringan air minum, pengolahan limbah komunal, dan tempat sampah 3R (reduce, reuse, recycle) mulai tertata.

“Bukan cuma akses fisik, tapi kawasan hidup yang layak dan produktif sedang dibangun. Ini menyatu dengan narasi besar: memakmurkan budaya dan masyarakat sekaligus,” jelas Jamus.

Tahun ini, Pemkab Ponorogo fokus menyelesaikan proyek drainase di sekitar Pasar Sampung. Saluran pracetak U-ditch menjadi pilihan untuk efisiensi waktu dan kerapian pekerjaan.

“Cukup dua bulan, selesai. Gali, pasang, tutup. Tak perlu tumpuk batu satu-satu seperti zaman dulu, katanya.

Lompatan selanjutnya menanti di tahun 2026. Pemkab bersiap mengusulkan peningkatan jalan melalui skema lanjutan IJD. Ruas-ruas strategis yang menghubungkan kawasan MRMP dengan berbagai daerah sekitar akan diprioritaskan.

“Prinsip utamanya: kawasan harus prima saat monumen difungsikan. Pariwisata tak akan hidup tanpa konektivitas,” tegas Jamus.

Saat ini, jalur-jalur utama menuju MRMP telah terkoneksi dengan baik. Dari Sarangan dan Tawangmangu, pengunjung bisa melalui jalur Sampung-Parang. Dari Wonogiri, jalur Pohijo-Sampung sudah siap menyambut wisatawan. Sementara itu, akses dari arah Kota Ponorogo melalui Somoroto-Ngambakan telah diperlebar dan diaspal.

Namun lebih dari sekadar pembangunan fisik, proyek MRMP mengandung pesan besar: kebangkitan budaya dan ekonomi Ponorogo.

“Ini bukan hanya soal estetika atau fasilitas. Ini narasi perubahan. Dari dominasi sektor pertanian, kita ingin mengangkat jasa dan pariwisata naik kelas. MRMP adalah mesin penggeraknya, tutur Jamus penuh keyakinan.

Dengan semangat gotong royong dan visi besar pembangunan berkelanjutan, Ponorogo tampaknya sedang menulis babak baru sejarahnya — dari tanah kelahiran Reog menuju destinasi wisata dan peradaban yang mendunia.(*)

Kontributor: Muh Nurcholis 

Editor: Abdel Rafi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *