Di Tengah Sunyi Pegunungan, Satgas TNI Bawa Cahaya Edukasi Sehat bagi Anak-anak Sinak

Edukasi595 Views

Puncak, Papua – Di tanah yang sunyi, di jantung Pegunungan Papua yang kerap luput dari sorotan, sekelompok prajurit TNI melangkah membawa harapan. Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti tak hanya menjaga batas dan keamanan, tapi juga menyentuh ruang-ruang kecil tempat masa depan bangsa sedang tumbuh: ruang kelas anak-anak Sinak.

Jumat (2/5/2025), prajurit TNI hadir di SD Inpres Sinak, Kabupaten Puncak, dengan misi sederhana namun bermakna dalam: mengajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dipimpin Letda CKM Muh. Akbar, A.Md.Kep, mereka memperkenalkan enam langkah cuci tangan yang benar, bukan sekadar teori, tetapi disampaikan dengan sentuhan, tawa, dan gerakan yang menggugah hati.

Air mungkin tak selalu mengalir deras di wilayah ini. Sabun adalah barang yang kadang langka. Namun semangat anak-anak yang berdiri dengan tangan mungil meniru gerakan mencuci—di bawah bimbingan para tentara berbaret—mampu menggugurkan jarak antara militer dan masyarakat.

Cuci tangan mungkin tampak sepele. Tapi bagi kami di sini, ini adalah langkah pertama untuk melindungi anak-anak dari penyakit. Di tempat di mana fasilitas kesehatan masih terbatas, pengetahuan adalah vaksin terbaik, ujar Letda Akbar dengan mata berkaca.

Kepala SD Inpres Sinak, Bapak Luther, tak mampu menyembunyikan harunya.
“Anak-anak kami belajar lebih dari sekadar mencuci tangan hari ini. Mereka belajar bahwa mereka diperhatikan, bahwa negeri ini tak melupakan mereka. Kehadiran TNI bukan hanya mendidik, tapi juga membangkitkan harapan,” tuturnya lirih.

Dansatgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti, Letkol Inf Heraldo Tabasonda, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari komitmen membangun Papua dari dalam.

Kami percaya bahwa pertahanan terbaik bangsa dimulai dari anak-anak yang sehat, cerdas, dan punya mimpi. Tugas kami bukan hanya menjaga perbatasan, tapi juga menjaga masa depan bangsa di tempat-tempat terpencil seperti Sinak,” ujarnya dengan tegas.

Di tengah keterbatasan, TNI hadir tak hanya sebagai penjaga kedaulatan, tapi juga sebagai guru, sahabat, bahkan keluarga bagi masyarakat Papua. Mereka membawa bukan hanya ilmu, tapi juga kasih sayang dan keberpihakan pada mereka yang jauh dari pusat kemajuan.

Terima kasih, berikut saya lanjutkan dari bagian yang terputus, dimulai dari paragraf tentang Mama Agustina, dan saya sertakan juga penutupnya agar naskah Anda utuh dan tetap menyentuh:

Salah satu tokoh masyarakat, Mama Agustina, menatap anak-anak yang tersenyum sambil mengeringkan tangan dengan kain lusuh tapi penuh semangat.

Hari ini kami lihat bahwa pendidikan dan kesehatan bisa sampai ke pelosok. Terima kasih TNI, kalian adalah cahaya di lembah kami. Anak-anak kami bukan hanya belajar cuci tangan, mereka belajar bermimpi,” ucapnya lirih, menahan haru.

Hari Pendidikan Nasional tahun ini terasa berbeda di Sinak. Tak ada panggung megah atau spanduk semarak. Yang ada hanyalah tangan-tangan kecil yang mulai mengerti arti hidup bersih, mata-mata polos yang memancarkan semangat baru, dan langkah kaki prajurit yang tanpa lelah menyusuri jalan setapak demi masa depan negeri.

Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti hadir bukan hanya menjaga perbatasan, tetapi menjaga harapan. Mereka menghidupkan kembali makna “Pendidikan untuk Semua”, termasuk bagi anak-anak di balik bukit Papua, yang meski jauh dari pusat kota, tetap layak mendapat pelukan perhatian dari Ibu Pertiwi.

Dan di sela-sela dingin pegunungan dan sunyinya lembah, suara tawa anak-anak SD Inpres Sinak hari itu menjadi bukti: bahwa membangun Indonesia, dimulai dari mereka yang paling kecil—dengan langkah sederhana, tapi hati yang besar.

(Barat/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *