Di Pelabuhan yang Hening, TNI AL Lawan Arus Liar Barang Ilegal

Angkatan Laut691 Views

Pontianak, – Pelabuhan Dwikora, Pontianak, masih terlelap dalam gelap ketika Tim Fleet One Quick Response (F1QR) dari Lantamal XII bergerak. Mereka tidak datang dengan sirine atau langkah gegap gempita. Mereka datang dengan senyap. Karena di pelabuhan yang hening itu, mereka tahu: ancaman bisa datang dalam diam.

Dalam senyap itulah, TNI AL kembali menunjukkan peran nyatanya: tidak hanya menjaga laut dari ancaman asing, tetapi juga menjaga denyut ekonomi rakyat dari derasnya arus barang ilegal yang menyusup ke negeri ini.

Informasi itu datang dari warga perbatasan. Ada yang tak biasa dengan sebuah truk Fuso yang hendak menyeberang ke Jakarta menggunakan kapal Fajar Bahari VIII. Dalam pengamatan yang tajam dan terlatih, Tim F1QR mencium gelagat mencurigakan. Kamuflase ekspedisi. Gerak-gerik tak wajar.

Dengan sigap, tim yang dipimpin langsung oleh unsur intelijen Lantamal XII itu menyergap truk tersebut. Sang sopir, Abdul Rahman (38), tak bisa berkutik. Di dalam truk itu ditemukan 22 koli ballpress—bal-balan besar berisi pakaian bekas ilegal asal Malaysia.

Nilai total barang sitaan itu ditaksir mencapai Rp165 juta.

“Ballpress seperti ini bukan sekadar barang. Ini ancaman bagi ekonomi rakyat kecil,” ujar Laksamana Pertama TNI Avianto Rooswirawan, Komandan Lantamal XII, dalam konferensi pers di Mako Satrol, Jumat (30/5).

Ia menjelaskan bahwa masuknya pakaian bekas ilegal bukan hanya melanggar hukum. Itu juga memukul usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tekstil di dalam negeri. Pasar rakyat, penjahit rumahan, hingga industri konveksi lokal yang perlahan tumbuh, bisa ambruk oleh harga murah barang ilegal yang tak membayar pajak dan tak melewati standar layak pakai.

“Ini soal keberpihakan. TNI AL berdiri untuk bangsa. Untuk rakyat kecil yang jujur bekerja,” tegas Avianto.

Pelabuhan Dwikora bukan satu-satunya titik rawan. Jalur-jalur tikus di perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak, Malaysia, menjadi pintu masuk barang ilegal. Tak hanya ballpress, tetapi juga rokok tanpa cukai, bahkan narkotika.

Karena itu, TNI AL—melalui satuan-satuan elit seperti F1QR—terus memperkuat sinergi dengan Bea Cukai dan aparat penegak hukum lainnya. Dalam kasus ini, tim F1QR langsung berkoordinasi dengan Bea Cukai Kalimantan Barat untuk proses penyidikan lebih lanjut.

Penggagalan penyelundupan ini bukan sekadar memenuhi instruksi. Ini soal nurani. Soal mencegah negeri ini dipenuhi barang gelap yang merusak tatanan ekonomi dan sosial.

Instruksi tegas dari KASAL, Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, terus bergema di setiap barak: tidak ada kompromi terhadap segala bentuk penyelundupan di laut dan pelabuhan. Seluruh jajaran diminta meningkatkan kewaspadaan, memaksimalkan patroli, dan membangun sistem pengawasan yang solid.

“Karena musuh tak selalu datang membawa senjata. Kadang, ia datang dengan karung-karung pakaian bekas, menyusup di antara logistik ekspedisi,” ujar salah satu anggota tim F1QR.

Langkah kecil seperti penyergapan ballpress ini mungkin tak sebesar operasi militer di pulau terluar. Tapi justru dari tindakan-tindakan sunyi inilah, benteng ekonomi rakyat dijaga. Ini bentuk pertahanan semesta dalam arti sesungguhnya.

Di pelabuhan yang hening, TNI AL tetap berjaga. Di tengah gelap dan sunyi, mereka lawan arus liar yang hendak melukai bangsa.

(Bro/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *