Dari Situbondo, Gus Lilur Menantang Dunia: Misi Memijahkan Satu Miliar Lobster untuk Nusantara

Diferensia740 Views

Situbondo, – Dari sebuah hatchery sederhana di Situbondo, Jawa Timur, seorang pengusaha muda bernama HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy—akrab disapa Gus Lilur—sedang merintis mimpi yang belum pernah dicapai oleh negara mana pun di dunia: memijahkan lobster.

Targetnya ambisius—dan terdengar nyaris mustahil—satu miliar nauplisoma lobster dalam waktu enam bulan, dimulai Mei hingga November 2025. Di dunia yang telah ratusan kali gagal dalam memijahkan lobster, langkah ini terdengar seperti mimpi besar yang terlalu dini. Namun bagi Gus Lilur, justru di situ letak harapan dan keberanian.

“Kalau gagal? Ya biasa. Kalau sukses? Alhamdulillah. Yang penting kami berusaha semaksimal mungkin. Selebihnya kami pasrahkan kepada Allah,” kata Gus Lilur saat ditemui di hatchery milik PT PEBITALEKARA Grup, salah satu anak usaha di bawah BALAD Grup.

BALAD Grup—singkatan dari Bandar Laut Dunia—adalah induk usaha perikanan budidaya yang telah memiliki lebih dari 100 anak perusahaan. Bersama GLORA Grup dan PEBITALEKARA Grup, Gus Lilur menggerakkan proyek pemijahan lobster yang akan tersebar di gugusan Teluk Kangean, termasuk Teluk Sabiteng dan Teluk Pulau Malang, Kabupaten Sumenep.

Modal Iman, Ilmu, dan Laut Khatulistiwa

Dalam rencana besar ini, sebanyak 100 set keramba—yang masing-masing terdiri dari 52 unit—akan dibangun. Setiap unit keramba menampung hingga 200.000 ekor nauplisoma. Jika target satu miliar nauplisoma tercapai, dan setengah dari mereka bertahan hidup, potensi ekonomi yang dihasilkan mencapai Rp 5 triliun.

Namun lebih dari angka-angka, misi ini adalah tentang harga diri. Tentang keyakinan bahwa laut Indonesia—yang terletak tepat di garis khatulistiwa—bisa menjadi pusat perikanan dunia.

“Laut kita terlalu istimewa untuk hanya dijadikan tempat menangkap. Saatnya kita membuktikan bahwa Indonesia bisa jadi penghasil utama, bahkan pelopor,” ujar Gus Lilur, yang juga dikenal sebagai Nelayan Nusantara.

Mengubah Takdir dari Timur Jawa

Gus Lilur tak sendiri. Ratusan pemuda lokal, petambak, dan nelayan dilibatkan dalam proyek ini. Mereka bukan hanya pekerja, tapi juga penjaga harapan. Tiap bibit lobster yang hidup, adalah simbol perjuangan dan doa yang menyatu dalam ombak.

“Selama ini, lobster hanya ditangkap lalu dijual. Tak pernah dipijahkan. Negara-negara besar sudah mencoba—dan gagal. Tapi kami memilih percaya. Karena dari laut inilah kami berasal, dan kepada laut pula kami mengabdi,” tambahnya.

Meski tak ada jaminan sukses, Gus Lilur meyakini satu hal: keyakinan dan kerja keras tidak pernah sia-sia.

Menyulam Harapan, Menjaga Laut

Jika proyek ini berhasil, Indonesia akan mencetak sejarah sebagai negara pertama yang berhasil memijahkan lobster. Dan dari Situbondo—yang selama ini jauh dari hiruk pikuk ibukota—akan lahir peradaban baru kelautan dunia.

“Ini bukan hanya tentang lobster. Ini tentang memberi makna pada laut, tentang membuktikan bahwa dari kampung pun kita bisa mengguncang dunia,” ujar Gus Lilur, suara lirih namun penuh keyakinan.

Sebagai penutup, ia mengutip kalimat sederhana namun penuh makna: “Sukses dan gagal adalah sahabat pengusaha. Yang penting, kita tidak menyerah.”

Dan seperti ombak yang tak pernah lelah memukul karang, langkah Gus Lilur dan BALAD Grup tak akan berhenti—hingga mimpi satu miliar lobster itu menjadi nyata. (***)

 

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *