Dari Kandang Sewa hingga Omzet Miliaran, Kisah Dua Dokter Hewan UNAIR Nahkodai Bisnis Unggas

Ekonomi90 Views

Surabaya, – Di tengah ketatnya persaingan industri peternakan unggas, dua alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH UNAIR) membuktikan bahwa ilmu kampus, ketekunan, dan keberanian mengambil peluang dapat mengubah hidup. Pasangan suami istri, drh. Pramudya Rizki Ruandhito, MSc., dan drh. Nurochmah Ishiyama Hamid, MVPH., kini sukses menahkodai PT Gemilang Mulia, perusahaan penyedia jasa dan produk unggas dengan omzet miliaran rupiah per bulan.

Namun, perjalanan keduanya jauh dari kata instan. Pram memulai usahanya pada masa studi magister. Berbekal kompetensi sebagai dokter hewan, ia menjajal penjualan ayam pullet sekaligus menyediakan layanan perawatan bagi para pembeli.

“Awalnya saya ditawari kandang oleh kenalan, kemudian saya sewa. Saya mulai jual ayam pullet kecil-kecilan sambil memberikan layanan perawatan, seperti obat, vaksin, hingga pendampingan sampai panen. Karena di dunia peternakan perputaran uangnya besar, saya akhirnya bentuk perusahaan untuk memanajemeni semuanya. Sekarang alhamdulillah omzetnya bisa miliaran sebulan,” ujarnya.

Jejak usaha itu tidak selalu mulus. Pram pernah menghadapi kerugian bertubi-tubi akibat penyakit ternak, pencurian, penipuan, hingga kegagalan manajemen yang nyaris membuatnya menyerah. “Ayam pernah sakit kena virus, pernah salah pengaturan suhu sampai banyak yang mati, pernah dicuri orang, pernah juga ditipu. Tapi dari situ kita belajar, kalau kejadian serupa muncul lagi, kita tahu penanganannya. Menurut saya, nyawa usaha ada di cashflow, bagaimana mengatur pemasukan dan pengeluaran agar tetap sehat,” tegasnya.

Tidak hanya pengetahuan teknis, kemampuan mengelola manusia menjadi tantangan terbesar. Pram menilai kompetensi interpersonal justru menentukan keberlanjutan bisnis. “Setelah lulus kuliah, tantangannya luar biasa. Yang paling susah ternyata bukan soal ayamnya. Ayam sakit ada obatnya. Tapi mengelola orang, membentuk tim yang bisa berjalan sesuai visi kita, itu yang paling susah,” tuturnya.

Senada dengan Pram, Yama menekankan pentingnya belajar di luar batas ruang kuliah. Menurutnya, dunia kerja menuntut kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk selalu memperbarui diri. “Belajar jangan hanya dari kampus. Untuk hidup terus berjalan ke depan, banyak ilmu yang harus diaplikasikan. Jangan merasa puas dengan pengetahuan yang sudah diperoleh. Jadilah gelas kosong yang terus mencari isinya,” pesannya.

Kisah Pram dan Yama menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya menghasilkan lulusan dengan kompetensi akademik, tetapi juga figur yang mampu memberikan dampak nyata melalui inovasi dan kemandirian.

Keberhasilan pasangan alumni FKH UNAIR tersebut memperlihatkan bahwa sektor peternakan bukan hanya ruang profesi, tetapi juga ladang kewirausahaan yang menjanjikan bagi mereka yang siap bekerja keras, belajar tanpa henti, dan tidak takut gagal.(*)

(pkip/sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *