Cerita dari Pabrik Tahu: Saat Babinsa Hadir Bukan Hanya untuk Mengamankan, Tapi Juga Mendengarkan

Ekonomi673 Views

Sragen, – Di tengah hiruk-pikuk suara uap dan aroma kedelai yang sedang dimasak, suasana di pabrik tahu milik Ibu Harti di Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Jumat (2/5/2025) pagi, terasa berbeda. Pabrik kecil yang biasanya hanya dikunjungi oleh para langganan setia, kedatangan tamu berseragam loreng: Serda Triyanto bersama tiga anggota Koramil 16/Miri.

Namun, mereka tidak datang dengan wajah tegang atau membawa instruksi kaku. Mereka datang dengan senyum, sapaan hangat, dan niat tulus untuk bersilaturahmi—menyapa, mendengarkan, dan memahami denyut kehidupan warga yang setiap hari bergelut dengan adonan tahu demi sesuap nasi.

Di tengah percakapan santai, Serda Triyanto duduk bersama Ibu Harti, pemilik pabrik yang sudah puluhan tahun menggantungkan hidup dari usaha olahan kedelai ini. Dengan mata berbinar namun suara yang pelan, Ibu Harti bercerita tentang naik-turunnya harga kedelai, persaingan pasar yang kian ketat, hingga kondisi jalan di sekitar pabrik yang kerap menyulitkan distribusi.

“Kadang capek, Pak, tapi ya harus jalan terus. Ini satu-satunya penghidupan kami. Ada delapan orang yang bantu di sini, semuanya juga butuh penghasilan,” ujarnya, sesekali mengusap keringat.

Triyanto mendengarkan dengan sabar. Sesekali ia mengangguk, lalu memberi saran dan janji akan mencoba menjembatani komunikasi dengan instansi terkait. Bukan sekadar formalitas, tapi sebagai wujud nyata dari kehadiran negara yang benar-benar ingin memahami warganya.

Tak hanya berdialog dengan pemilik, Triyanto juga menyapa para pekerja—mereka yang sehari-hari berjibaku dengan panas dan bau kedelai demi menghidupi keluarga. Ia mengingatkan pentingnya menjaga keamanan lingkungan, bukan hanya untuk mencegah tindak kejahatan, tapi juga untuk menjaga keberlangsungan usaha lokal yang menjadi nadi ekonomi warga.

“Kami datang bukan hanya untuk memantau, tapi untuk memastikan bahwa ibu dan bapak semua tahu—kami peduli, kami hadir,” ucap Serda Triyanto, sembari menatap para pekerja yang sejenak menghentikan aktivitas mereka.

Kunjungan itu mungkin tampak sederhana. Tapi bagi Ibu Harti dan para pekerjanya, itu adalah bukti bahwa mereka tidak berjalan sendiri. Bahwa di balik seragam loreng, ada manusia yang datang untuk mendengarkan, bukan hanya mengawasi. Dan di balik pabrik tahu yang sederhana, tersimpan semangat hidup yang luar biasa. (***)

 

Kontributor: Agus Kemplu 

Editor: Sulaiman

Foto: Agus Kemplu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *