Tangan yang Menjaga Damai: Sinergi Tiga Pilar di Hari Raya Waisak 2025 di Blitar

Religiusitas450 Views

Blitar, – Senin (12/5/2035), di tengah semilir angin pagi dan gemuruh doa yang khusyuk, lebih dari 300 umat Buddha di Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, larut dalam keheningan suci perayaan Hari Raya Waisak 2025. Di balik kekhidmatan itu, ada sosok-sosok yang berjaga dalam senyap: para anggota TNI, Polri, dan aparatur kecamatan yang bersinergi menjaga damai dan kerukunan.

Hari Raya Waisak tahun ini mengusung tema, “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia”. Sebuah pengingat lembut bahwa dunia ini hanya akan damai bila manusia mampu mengendalikan ego dan membesarkan cinta kasih. Subtema “Bersatu Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk” terasa hidup dalam langkah-langkah kecil aparat yang menyatu dengan masyarakat di dua titik ibadah: Vihara Dhamma Tirta Mulia dan Vihara Indra Loka.

Di sana hadir Camat Garum Arinal Huda, Pgs. Danramil Garum Lettu Inf. Deny Setiabudi, Kapolsek Garum Punjung, SH., bersama delapan personel, serta para Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Mereka tidak sekadar berjaga, mereka menyatu dalam denyut kehidupan warga, menebarkan rasa aman yang tak kasat mata.

“Momentum Waisak ini menjadi pengingat pentingnya kebijaksanaan dan kedamaian. Kehadiran kami bukan hanya menjalankan tugas, tapi juga bentuk penghormatan kami atas nilai-nilai luhur yang diyakini umat Buddha,” ujar Camat Arinal dengan mata yang berkaca.

Suasana penuh khidmat menyelimuti kedua vihara. Di antara lilin yang menyala dan dupa yang mengepul perlahan ke langit, ada harapan yang menggantung: semoga damai tak hanya menjadi milik hari ini.

Pak Mulyo, seorang umat Buddha berusia 56 tahun, menahan haru saat ditemui usai ibadah. “Rasanya seperti dipeluk oleh negeri sendiri. Kami bisa beribadah dengan tenang, tanpa rasa takut. Terima kasih kepada aparat yang hadir bukan sebagai penjaga, tapi sebagai saudara.”

Pgs. Danramil Lettu Deny menambahkan, “Kami hadir bukan hanya menjaga keamanan. Kami ingin memastikan bahwa setiap warga, apapun keyakinannya, bisa merasa dicintai dan dilindungi. Inilah wajah Indonesia yang kami jaga bersama.”

Perayaan Waisak kali ini tak hanya menjadi momen spiritual, tapi juga cermin kebersamaan. Saat negara hadir bukan dengan senjata, melainkan dengan pelukan perlindungan, maka di situlah damai lahir: dari rasa saling percaya, dari kasih yang nyata.

Dan di Karangrejo, damai itu terasa begitu dekat. Nyata. Hangat. Seperti doa yang tak pernah putus. (*)

 

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *