Nganjuk, – Sholikin masih ingat betul suara angin yang kerap menerobos celah-celah dinding bambu rumahnya. Malam-malam yang dingin, suara anak-anaknya menggigil, dan kekhawatiran soal atap bocor sudah jadi rutinitas yang ia hadapi bertahun-tahun.
Hidup sebagai buruh serabutan di Desa Lengkong Lor, Kecamatan Ngluyu, membuat ia tak pernah berani bermimpi terlalu tinggi. “Yang penting besok bisa makan,” begitu katanya, Senin (12/5/2025), dengan senyum kecil yang menggantung di bibir.
Namun takdir ternyata menyiapkan cerita lain untuk Sholikin. Melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124, rumah sederhananya yang hampir roboh itu kini sedang direnovasi total oleh para prajurit Kodim 0810/Nganjuk.
“Dulu rumah ini kayak kandang. Sekarang saya nggak nyangka bisa punya rumah yang benar-benar rumah,” kata Sholikin, matanya berkaca-kaca. “Terima kasih untuk bapak-bapak TNI. Ini lebih dari sekadar bantuan, ini harapan hidup kami sekeluarga.”
Sholikin bukan satu-satunya. Ada 12 rumah warga lainnya yang ikut direnovasi lewat program ini. Komandan Satgas TMMD ke-124, Letkol Inf Andi Sasmito, bilang bahwa semua ini dilakukan agar warga desa bisa tinggal lebih layak dan nyaman.
“Kami tak cuma bangun rumah. Kami ingin membangkitkan semangat warga, membangun optimisme dari bawah,” jelasnya.
Sejauh ini, progres pembangunan sudah mencapai 30 persen lebih. Selain merenovasi rumah, prajurit TNI juga mengerjakan proyek jalan sepanjang 1.100 meter, membuat lima sumur bor, menanam padi di dua hektare lahan, dan menanam 1.500 pohon produktif.
Bukan cuma kerja fisik. Mereka juga turun ke warga lewat penyuluhan kesehatan, penanganan stunting, dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
“TMMD bukan cuma tentang pembangunan, tapi tentang hadirnya negara di titik-titik paling sunyi,” tambah Letkol Andi.
Di desa-desa seperti Ngluyu dan Lengkong, rumah bukan sekadar bangunan. Ia adalah perlindungan, adalah harga diri, dan harapan. Dan sekarang, rumah-rumah itu mulai berdiri tegak—menyimpan cerita tentang perjuangan, bantuan tulus, dan sebuah masa depan yang pelan-pelan mulai disulam ulang.
(Arwang/Sulaiman)