Surabaya – Nama Dr. dr. Muhammad Riendra, SpBTKV Subsp VE(K) FIATCVS kini menjadi sorotan di dunia layanan kesehatan pendidikan nasional. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) itu resmi memegang kendali Rumah Sakit Universitas Andalas (RS UNAND) setelah dilantik sebagai Direktur Utama pada 27 Maret 2025.
Bukan figur instan, Dr Riendra adalah sosok yang ditempa langsung di garis depan layanan medis. Selama enam tahun, ia dipercaya memimpin Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP M Djamil, ruang krisis tempat keputusan hidup dan mati harus diambil dalam hitungan detik. Pengalaman lapangan inilah yang menjadi modal utama saat ia melangkah ke pucuk kepemimpinan rumah sakit pendidikan.
Dr. Riendra menegaskan, karakter kepemimpinannya berakar dari proses pendidikan di UNAIR. Kampus inilah yang membentuk cara berpikir kritis, ketangguhan mental, serta keberanian mengambil keputusan di bawah tekanan. “Kami dididik dalam tekanan agar mampu mengambil keputusan tepat meskipun dalam situasi paling sulit. Itu pesan yang terus saya ingat dari Prof Puruhito,” ungkapnya, Selasa (30/12/2025).
Ia juga memegang erat nasihat dr. Heroe Soebroto, SpBTKV, yang menyebut lulusan UNAIR sebagai mutiara yang harus memberi manfaat bagi sebanyak-banyaknya orang. Prinsip tersebut menjadi pijakan saat ia menerima amanah sebagai direktur utama.
“Keputusan klinis berdampak pada satu pasien. Keputusan manajerial berdampak pada ribuan orang. Di titik itulah kepemimpinan diuji,” tegasnya.
Mengelola RS UNAND sebagai rumah sakit pendidikan dengan keterbatasan anggaran PTN bukan perkara ringan. Namun Dr Riendra memilih jalan inovasi, bukan kompromi pada mutu layanan.
Ia menanamkan nilai kejujuran, keteladanan, dan kerja cerdas-ikhlas kepada seluruh jajaran. Salah satu terobosannya adalah inisiatif pembangunan rumah sakit berbasis wakaf, sebuah gagasan berani untuk menghadirkan layanan strategis yang belum pernah ada di RS UNAND.
“Inovasi tidak boleh berhenti hanya karena keterbatasan. Justru di sanalah komitmen dan kepemimpinan diuji,” ujarnya lugas.
Jejak Alumni UNAIR Menggerakkan Daerah
Sebagai dokter spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular (BTKV), Dr Riendra menegaskan bahwa lulusan UNAIR terbukti adaptif terhadap realitas layanan kesehatan Indonesia.
Ia mencontohkan kontribusi para alumnus BTKV UNAIR yang menggerakkan layanan di berbagai wilayah, mulai dari Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, NTB, hingga Jember. Di Sumatera Barat sendiri, ia membawa misi membangkitkan kembali layanan yang sempat terhenti.
“Di Minangkabau ada istilah mambangkik batang tarandam atau membangkitkan kembali sesuatu yang lama terendam. Itu yang sedang kami lakukan,” ujarnya.
Bagi Dr. Riendra, makna alumnus berdampak bukan sekadar jabatan atau prestise. Dampak sejati adalah keberanian mengambil peran strategis demi kepentingan yang lebih luas. “Dampak bisa jangka pendek melalui peran strategis yang diemban, dan jangka panjang melalui kontribusi nyata bagi kesejahteraan serta kepemimpinan bangsa,” katanya.
Ia menutup refleksinya dengan kalimat yang merendah namun sarat makna yaitu, “Jika dari posisi ini saya bisa memberi manfaat seluas-luasnya, meski hanya setetes air, maka amanah ini tidak sia-sia.” tegasnya mengakhiri keterangan.(*)
Editor: Sulaiman







