Puncaki Peringatan Hari Santri, Nahdliyyin Unair Launching ISNU Airlangga dan Talkshow Kebangkitan Ekonomi Santri

Ekonomi98 Views

Surabaya, – Ada yang istimewa pada hari ini, Sabtu (26/10/2024). Ratusan kiai, ulama, kaum intelektual dan mahasiswa serta santri berkumpul di Ruang Ternate, Gedung ASEEC Tower, Kampus B Universitas Airlangga (Unair). Di ruang yang dingin itu, ratusan Nahdliyyin Airlangga berkobar semangatnya untuk merayakan puncak peringatan Hari Santri Nasional 2024 dengan melaunching berdirinya Ikatan Sarjan Nahdlatul Ulama (ISNU) Airlangga.

Hadir juga dalam kesempatan tersebut adalah Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE.,MT., Ak., CA., dan beberapa tokoh pimpinan PWNU Jatim, ISNU Jatim dan beberapa banom NU lainnya serta tokoh kiai dan ulama Surabaya maupun Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Rektor Unair berharap adanya sinergi dan kolaborasi kekuatan-kekuatan intelektual Nahdlatul Ulama khususnya di kampus Airlangga serta lainnya untuk kemudian meraih goal yang dicita-citakan bersama.

“Ibarat lidi kalau cuman satu ya tidak dianggap apa-apa dan tak bisa berbuat banyak, tetapi ketika menjadi sapu maka ada banyak hal yang dapat dikerjakan dan disumbangsihkan pada almamater, masyarakat, bangsa dan negara,” ujar Prof Nasih yang disambut tepuk tangan meriah hadirin yang memenuhi Ruang Ternate.

Menurut Prof Nasih, sangat Resolusi Jihad yang dicetuskan Hadratush Syeikh KH Hasyim Asy’ari sebagai muassis (pendiri) NU, perlu dilakukan re-interpretasi untuk disesuaikan dengan kondisi kekinian dan ISNU Airlangga bisa memainkan perang signifikan dalam konteks itu.

“Perlu diketahui, dalam konteks SDG’s untuk pengentasan kemiskinan, Unair merupakan kampus dengan peringkat pertama di dunia yang dinilai sukses mencapai No Poverty. Karena itu, dalam kaitan berdirinya ISNU Airlangga ini maka upaya lebih luas dan masif, saya kira dapat dilakukan ke depannya sehingga kiprahnya menjadi lebih fokus tapi substantif terutama dengan semangat Resolusi Jihad memerangi kemiskinan itu,” tandas Prof Nasih.

Talkshow Kebangkitan Ekonomi

Pada sesi kedua dan merupakan acara puncak adalah talkshow bertemakan “Menyambung Juang Intelektual, Merengkuh Masa Depan Finansial” itu, acara yang digagas dengan menggandeng KMNU Unair itu menampilkan 4 tokoh yang mewakili dua teoretisi dan dua praktisi. Dari unsur teoretisi ada Prof. Dr. Muhammad Madyan, SE., M.Si., M.FIN sebagai pembicara pertama dan Ning Dr. Fatin Fadhilah Hasib, SE., M.SEI. selaku moderator dan dari sisi praktisi ada Direktur Utama TV9 yang sekaligus Wakil Ketua PWNU Jatim H. Ahmad Hakim Jayli, M.Si., dan Direktur NU Online Jatim H. Yusuf Adnan Kikin, S.Kom., M.M., M.BA yang juga merupakan Wakil Bendahara PWNU Jatim.

Dalam kesempatan itu, Prof Madyan menegaskan pentingnya manajemen anggaran bagi seorang santri dan mahasiswa santri sehingga mampu membedakan dengan itu mana yang menjadi kebutuhan mana yang menjadi keinginan.

“Dengan manajemen anggaran yang terukur, maka santri atau mahasiswa bisa tahu mana yang termasuk kebutuhan dan pokok dan mana keinginan yang kerapkali masuk kategori kebutuhan sekunder bahkan kebanyakan tersier,” ujar pria yang juga merupakan Wakil Rektor Unair Bidang Sumber Daya itu.

Dengan memiliki manajemen anggaran, santri atau mahasiswa bisa terhindar dari pinjaman online (pinjol) atau aplikasi paylater lainnya yang kerapkali menjebak dengan bunga kecil tapi harian sehingga jatuhnya sangat tinggi per tahunnya itu.

“Mengapa bunga pinjol itu kesannya kecil. Ya karena harian hitungannya tapi jatuhnya lebih dari 100% per tahun,” imbuhnya.

Prof Madyan juga menekankan pada hadirin untuk tidak terjebak pada trap Pinjol yang nampak mudah mencairkan dana pinjaman. Menurutnya, pinjaman online memang mudah cair tapi bunga tinggi karena resiko sudah include di dalamnya. Karena itu tanpa kemampuan manajerial yang bagus dalam mengelola anggaran, santri dan atau mahasiswa bisa terjebak pada pinjol dimana data terbaru sebagaimana dikutip oleh Ning Fatin selaku moderator yang mengakses pinjol terbesar ketiga berada pada rentang usia 19-34 tahun.

“Yang artinya itu usia mahasiswa atau santri mahasiswa,” tegas Ning Fatin menimpali pernyataan Prof Madyan dalam sesi talkshow.

Sementara itu, Gus Hakim lebih menekankan pentingnya ISNU Airlangga untuk melakukan napak tilas dari sepak terjang pendiri NU dalam konteks ekonomi (Nahdlatul Tujjar) dimana telah dipetakan dengan baik semuanya. Menurutnya, Gus Wahab Hasbullah misalnya telah memetakan dengan baik 3 kota kunci di Jwwa Timur yang masuk mata rantai ekonomi dengan Kediri sebagai sumber produksi, Jombang bagian pengemasan dan distribusi serta Surabaya sebagai etalase atau hilirisasinya.

“Orkestrasi para pendiri NU di bidang ekonomi untuk melawan penjajah Belanda itu luar biasa. Dengan orkestrasi 3 kota tersebut dari Kediri, Jombang dan Surabaya kemudian membuat kita menyadari bahwa esensi Nahldatul Tujjar atau kebangkitan sisi ekonomi umat itu telah dipetakan dengan baik. Saya kira ada perlunya ISNU Airlangga melakukan napak tilas soal itu yang kemudian bisa jadi pijakan kita bergerak lebih baik ke depannya,” papar Gus Hakim.

Selain itu, pentingnya untuk menumbuhkembangkan banyak pengusaha atau saudagar dan tidak sekedar “nampak sebagai pengusaha” terutama bagaimana memperbesar dan meningkatkan elan vital dan kontribusi Himpunan Pengusaha Nahdliyyin (HPN) sehingga dampaknya lebih terasa bagi NU dan keumatan serta ekonomi bangsa dan negara.

“Saya kira CEO Gathering dari kelompok pengusaha NU yang benar-benar pengusaha itu menjadi penting dimana nantinya disana bisa melakukan deal deal ekonomi atau open table yang kemudian mampu membangkitkan ekonomi kaum santri dan bangsa negara secara keseluruhan,” tegasnya.

Menurut Gus Hakim, Nahldatul Tujjar lebih merupakan sebuah bentuk gerakan kesadaran ekonomi bahwa dalam Islam ekonomi itu penting. Sehingga meniru Nabi Muhammad SAW dimana beliau menitipkan orang tak mampu pada mereka yang kuat secara ekonomi.

“Tentu untuk kuat secara ekonomi, seorang pengusaha harus memiliki modal dasar yakni integritas. Itu kenapa Nabi Muhammad disebut Al-Amin. Jangan lupa Nabi disebut demikian adalah ilmu dasar dalam bisnis yakni branding. Branding adalah apa yang dipikirkan market terhadap sesuatu dan Nabi Muhammad memiliki itu. Baru kemudian kita bicara soal kolaborasi dalam lingkung komunitas atau organisasi dan ISNU Airlangga menemukan relevansinya dalam konteks ini,” tandasnya.

Senada dengan Gus Hakim, Gus Yusuf Adnan Kikin lebih menekankan penting perubahan mindset pada diri santri atau mahasiswa santri untuk bangkit secara ekonomi dan mampu memberikan kontribusi pada diri, keluarga, umat dan bangsa serta negara.

“Karena menurut hemat saya, penguatan ekonomi tidak dimulai dari penguatan nominal uang tapi dari perubahan mindset pelaku ekonomi di dalamnya,” ujar Gus Yusuf Adnan Kikin memulai pemaparannya.

Karena itulah, pria yang juga merupakan putra Ketua PWNU Gus Kikin itu, menekankan pentingnya perubahan mindset itu didasarkan pada tiga faktor. Pertama, berorientasi pada menemukan solusi.

“Mengapa kita perlu berorientasi pada solusi. Karena saat ini kondisi distraksi sangat tinggi. Jadi kita harus fokus pada penemuan solusi bukan menekankan sensasi dengan bermain media sosial yang justru menambah polemik dan tak berujung pada temuan solusi atas problematika hidup yang kita alami,” imbuhnya.

Selain itu, dengan berorientasi pada penemuan solusi maka kita sebagai individu maupun kelompok akan lebih fokus pada upaya-upaya adaptif. Dimana lanjutnya, kunci dari adaptif adalah tidak malu dan tidak gengsian. Tidak sungkanan.

“Sungkan itu bukannya ditiadakan tapi dimanage dengan baik. Jadi kapan harus ditampilkan kapan tidak. Jadi kita tahu kapan waktunya harus sungkan dan kapan tidak. Sikap adaptif itu membantu kita betul,” tukasnya.

Terakhir, Gus Yusuf Adnan Kikin menekankan pentingnya memiliki kemampuan resiliensi. Dimana dengan kemampuan ini membuat individu atau kelompok mampu bertahan pada situasi apapun yang kerapkali kondisi tersebut tidak sesuai ekspektasi.

“Resiliensi menurut saya merupakan bentuk barokahnya Allah SWT dimana dengan kemampuan ini sebenarnya kita menjadi lebih kreatif dan inovatif,” tandasnya.

(sulaiman/jafar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *