Mengenal Apotek Chung Hua dan Pantjoran Tea House di Kawasan Glodok

Diferensia1424 Views

 

Jakarta, – Pada masa kolonial Belanda, Glodok dikenal sebagai pusat komunitas Tionghoa di Batavia (sekarang Jakarta). Salah satu tempat bersejarah yang berdiri di kawasan ini adalah Apotek Chung Hua, yang beroperasi di Pantjoran sekitar tahun 1942. Apotek ini bukan hanya tempat menjual obat-obatan, tetapi juga pusat pengobatan tradisional Tionghoa yang menggunakan bahan alami seperti rempah-rempah, akar-akaran, dan jamu herbal.

Pada masa itu, masyarakat Tionghoa sangat mengandalkan pengobatan tradisional karena dipercaya memiliki manfaat kesehatan yang lebih alami dan minim efek samping dibandingkan dengan obat-obatan modern. Apotek Chung Hua menjadi salah satu pusat kesehatan yang terkenal di komunitas Tionghoa di Batavia.

Selain berfungsi sebagai apotek, tempat ini juga menjadi bagian dari dinamika sosial masyarakat Tionghoa yang tinggal di Glodok. Banyak tabib Tionghoa yang bekerja di apotek ini memberikan konsultasi kesehatan kepada pelanggan, serta membantu meracik obat sesuai dengan resep turun-temurun.

Pantjoran Tea House: Melestarikan Budaya Minum Teh

Setelah melewati berbagai perubahan zaman, kawasan Pantjoran tetap menjadi ikon budaya Tionghoa di Jakarta. Pada tahun 2016, Pantjoran Tea House didirikan di Jalan Pancoran, Glodok, sebagai upaya untuk melestarikan tradisi minum teh yang telah ada sejak zaman kolonial.

Pantjoran Tea House bukan sekadar kedai teh biasa, tetapi juga tempat yang membawa pengunjung untuk merasakan kembali nuansa sejarah dan budaya Tionghoa. Interiornya dirancang dengan sentuhan klasik khas Tiongkok, lengkap dengan dekorasi lampion merah dan ornamen-ornamen tradisional.

Salah satu keunikan Pantjoran Tea House adalah tradisi teh gratis bagi setiap pengunjung yang datang, yang mengacu pada kisah seorang saudagar kaya bernama Kapiten Gan Djie pada abad ke-17. Kapiten Gan Djie dikenal karena kemurahan hatinya dalam menyediakan teh gratis bagi siapa saja yang melewati tokonya. Tradisi ini dihidupkan kembali oleh Pantjoran Tea House sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kebersamaan.

Di tempat ini, pengunjung bisa menikmati berbagai jenis teh khas Tiongkok, seperti teh Oolong, teh hijau, dan teh Pu-erh, yang disajikan dengan cara tradisional. Selain itu, Pantjoran Tea House juga menyajikan berbagai hidangan khas Tionghoa, seperti dim sum, bakpao, dan kue-kue tradisional.

Glodok: Kawasan Bersejarah yang Tetap Hidup

Glodok sebagai pusat Pecinan Jakarta telah melalui banyak perubahan dari masa kolonial, kemerdekaan, hingga era modern. Meski demikian, jejak sejarahnya tetap hidup dalam berbagai aspek, termasuk dalam keberadaan tempat-tempat bersejarah seperti Apotek Chung Hua dan Pantjoran Tea House.

Dengan adanya Pantjoran Tea House, warisan budaya Tionghoa tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh generasi saat ini. Ini membuktikan bahwa meskipun zaman berubah, nilai-nilai tradisional dan sejarah tetap memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat.

Dari Apotek Chung Hua di tahun 1942 hingga Pantjoran Tea House yang berdiri pada tahun 2016, kawasan Glodok tetap menjadi pusat sejarah dan budaya Tionghoa di Jakarta. Baik dalam bidang pengobatan tradisional maupun kuliner, tempat-tempat ini menunjukkan bagaimana budaya Tionghoa terus berkembang dan tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Bagi siapa saja yang ingin merasakan sejarah yang hidup, berkunjung ke Glodok dan menikmati teh di Pantjoran Tea House bisa menjadi pengalaman yang berharga.

(Gaffar/jafar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *