Surakarta, – Ada yang berbeda di Rumah Batik Harjhonegoro Gotik Swan, Minggu (25 Mei 2025) pagi. Tempat yang biasa dipenuhi aroma malam batik dan warna-warna canting, hari itu terasa lebih hangat. Serka Rohmad, Babinsa Jayengan dari Koramil 03/Serengan Kodim 0735/Surakarta, datang bukan dengan seragam yang kaku, tapi dengan senyum yang tulus dan telinga yang siap mendengar.
Di tengah aktivitas warga yang mulai menggeliat, ia menyambangi pengrajin, berdialog dengan pemilik rumah batik, dan menyelami keseharian mereka. Bukan sekadar formalitas, komunikasi sosial (komsos) yang dilakukan ini menjadi jembatan hati antara aparat teritorial dan warga yang selama ini dijaganya.
“Kami datang bukan hanya untuk menjaga, tapi juga ingin tahu, bagaimana kabar warga kami, apa yang sedang dirasakan, apa yang mungkin luput dari perhatian,” tutur Serka Rohmad dengan suara yang lembut namun penuh makna.
Rumah Batik Gotik Swan bukan hanya saksi dari tradisi dan warisan budaya, tapi juga ruang bertemu, tempat berbagi cerita, dan menjalin empati. Di sanalah Babinsa dan warga duduk bersama, tanpa sekat, tanpa jarak.
Melalui komsos, Serka Rohmad berusaha merawat harmoni dan kedekatan. Bagi dia, menjadi Babinsa bukan hanya tentang disiplin dan keamanan, tapi juga tentang kasih, silaturahmi, dan memahami denyut nadi masyarakat yang dijaganya.
“Kami ingin masyarakat merasa aman, merasa dekat, dan tahu bahwa TNI selalu ada—bukan hanya saat ada masalah, tapi juga di saat-saat sederhana seperti ini, saat berbagi cerita di antara kain batik dan secangkir teh hangat,” ungkapnya.
Di sudut Jayengan yang bersahaja, kemanunggalan TNI dan rakyat itu nyata. Tercermin bukan dari parade atau barisan, melainkan dari senyum yang dibalas senyum, dan telapak tangan yang saling menjabat hangat.(*)
Kontributor: Agus Rodo Kemplu
Editor: Sulaiman
Foto: ARK
