Hangatnya Cahaya Waisak di Blitar: Merayakan Kedamaian dalam Pelukan Kebhinekaan

Religiusitas489 Views

Blitar,  – Malam itu, langit Blitar tampak tenang. Di Gedung Serbaguna Pemkab Blitar, lilin-lilin kecil menyala, membawa cahaya lembut yang menyusup ke dalam hati setiap orang yang hadir. Sabtu (31/5/2025) menjadi malam yang istimewa. Lebih dari 1.200 umat Buddha dari Blitar, Kediri, dan Tulungagung berkumpul dalam damai, merayakan Maha Puja Tri Suci Waisak 2569 BE.

Di antara hadirin, tampak para pemimpin daerah, pejabat Forkopimda, hingga tokoh lintas agama duduk berdampingan. Tak ada sekat, tak ada perbedaan -yang ada hanya ketulusan, penghormatan, dan semangat kebersamaan.

Perayaan suci ini mengusung tema: “Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa”, yang menjadi penanda bahwa spiritualitas bukan hanya urusan pribadi, tapi juga fondasi luhur bagi bangsa yang ingin hidup damai.

Dari pembukaan yang mengalun melalui lagu “Malam Suci Waisak”, hingga pemutaran video “Gema Waisak Blitar 2025”, suasana terasa begitu menggetarkan. Tak sedikit yang menunduk, bermeditasi dalam diam, merenungkan ajaran Sang Buddha yang menuntun pada kasih sayang dan pembebasan dari penderitaan.

Dalam laporannya, Ketua Panitia Harnowo Dwi menyampaikan bahwa Waisak tahun ini dirangkai oleh kegiatan menyentuh hati: nyekar ke makam para leluhur, tirakat selama sebulan, berbagi sembako, dan menanam pohon produktif. Semua dilakukan dalam semangat bakti dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungan.

Puncak acara ditandai dengan pesan spiritual dari Yang Mulia Bhikkhu Jayamedho Thera. Dengan suara tenang namun berwibawa, beliau mengingatkan kembali makna Tri Suci Waisak: kelahiran Siddhartha Gautama, pencapaian pencerahan agung, dan parinibbana. Ia juga menegaskan, perayaan Waisak kali ini bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila—momen langka yang menjadi jembatan antara nilai spiritual dan nasionalisme.

“Ajaran Sang Buddha tentang cinta kasih, kedamaian, dan kebijaksanaan adalah nilai-nilai universal. Dan malam ini, kita membuktikan bahwa agama bisa menjadi pelita dalam membangun peradaban yang luhur,” ujarnya, disambut anggukan hening penuh hormat.

Bupati Blitar, Drs. H. Rijanto, MM, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas kerukunan yang begitu terasa malam itu.

“Blitar malam ini tak sekadar merayakan Waisak. Kita merayakan Indonesia dalam wajah terbaiknya: rukun, damai, dan saling menghormati. Terima kasih kepada umat Buddha yang telah menjaga semangat kebersamaan ini,” katanya, dengan suara bergetar menahan haru.

Dari kursi tamu, Letkol Inf. Hendra Sukmana, Dandim 0808/Blitar, menyampaikan pesan yang tak kalah mendalam. Ia memandang nilai-nilai Buddhis bukan hanya spiritual, tetapi juga selaras dengan semangat bela negara.

“Kami dari TNI merasa terhormat bisa hadir di tengah perayaan yang sarat makna ini. Kedamaian yang diajarkan Sang Buddha, sejatinya adalah kekuatan sejati bangsa ini. Mari kita rawat bersama, tanpa sekat, tanpa prasangka.” ujarnya.

Saat lilin Waisak dinyalakan satu per satu, menyebar dari altar utama ke tangan-tangan umat yang berkumpul, suasana berubah menjadi syahdu. Tak ada suara -hanya cahaya. Dan di antara cahaya itu, terselip harapan: agar Indonesia tetap damai, umat beragama hidup rukun, dan nilai-nilai kemanusiaan terus menyala di tengah kehidupan modern yang kerap bising oleh ego dan perpecahan.

Malam itu, Blitar menjadi saksi. Bahwa dalam senyap lilin Waisak, bangsa ini masih memiliki cahaya yang tak pernah padam -cahaya cinta, kebijaksanaan, dan persatuan.(*)

 

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *