Gus Lilur Melaju Bersama Sabhumi Barat Basra, Dari Lumpur Tambang ke Laut Nusantara untuk Indonesia Raya

Ekonomi528 Views

Surabaya, – Dari sebuah tanah sunyi di Timur, dari hamparan lumpur tambang dan gelombang laut budidaya, nama itu kini melaju ke mancanegara. Sabhumi Barat Basra, sebuah kelompok usaha nasional yang lahir dari akar rakyat, memulai perjalanan strategisnya ke tiga negara yaitu Singapura, Vietnam, dan China. Bukan sekadar kunjungan bisnis. Ini adalah ikhtiar nasionalisme ekonomi dalam bentuk yang paling konkret yaitu bergerak, membangun, dan bermitra untuk Indonesia Raya.

Mulai 24 Juni hingga akhir Juli 2025, Sabhumi mengutus delegasi-delegasi kecil namun sarat misi. Di tiap negara, mereka membawa harapan, pengetahuan, dan visi besar: menjadikan ekonomi berbasis sumber daya alam sebagai alat perjuangan rakyat, bukan alat eksploitasi segelintir elite.

Langkah pertama dimulai dari Singapura. Di sana, dua anak usaha diluncurkan resmi:

1. ALI Investment Pte Ltd

2. Santri Global Group Pte Ltd

ALI Investment Pte Ltd akan fokus mendanai sektor perikanan budidaya, sedang Santri Global diarahkan khusus membiayai proyek-proyek pertambangan strategis yakni timah, silika, dan zirkon.

Empat orang perwakilan dikirim. Kecil jumlahnya, besar amanahnya. Di negeri yang dikenal sebagai pusat keuangan Asia itu, Sabhumi meletakkan pondasi penting yaitu kemandirian pembiayaan dari dan untuk anak bangsa.

“Kami tak ingin bergantung pada investor luar. Kita bisa kelola sendiri, dari rakyat, untuk rakyat,” tegas HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy, pendiri Sabhumi, yang kerap memperkenalkan diri bukan sebagai direktur utama, tapi sebagai Petani Indonesia, Penambang Nusantara, dan Nelayan Nusantara, dalam keterangan tertulisnya pada redaksi media ini, Senin (23/6/2025).

Usai dari Singapura, lanjutnya, perjalanan dilanjutkan ke Vietnam dwngan agenda utama berupa kemitraan budidaya lobster, dan perluasan jaringan perdagangan batu bara.

Empat direktur utama dari perusahaan induk mulai BALAD Grup, SANTRI Grup, BIG, hingga ANTARA Grup akan ikut serta dalam misi ini. Mereka tidak membawa proposal mewah. Mereka membawa rekam jejak dari lapangan yakni dari tambak ke pelabuhan, dari tambang ke pasar ekspor.

“Vietnam dipilih karena sukses membangun ekosistem maritim dan energi berbasis rakyat. Bagi Sabhumi, ini adalah tempat belajar sekaligus memperluas perlawanan terhadap dominasi korporasi asing,” imbuhnya.

Sekitar 3 Juli 2025, lanjutnya, giliran China menjadi tujuan. Kali ini, delegasi membesar menjadi 15 orang yaitu 8 dari tim pertambangan dan 7 dari tim budidaya perikanan. Agenda utamanya adalah survei mesin produksi tambang seperti silika, timah, zirkon dan pelatihan budidaya teripang, termasuk pembuatan keramba jaring apung modern.

“China dipilih bukan karena kekuatan modalnya, tetapi karena kemampuannya mengembangkan teknologi untuk rakyatnya sendiri. Sabhumi ingin menyerap ilmu itu, lalu membawanya pulang ke Indonesia,” tegasnya.

Apa yang dilakukan Sabhumi Barat Basra bukan isapan jempol. Di balik nama-nama perusahaan dan dokumen internasional, ada semangat gotong royong dan keberpihakan pada rakyat.

Dengan lebih dari 100 anak dan cucu perusahaan yang tersebar dari Pulau Kangean Sumenep hingga Surabaya, dari Situbondo hingga seluruh negeri, Sabhumi tak sekadar bermimpi. Ia membangun. Ia membuka lapangan kerja. Ia mengembalikan marwah tanah dan laut ke tangan rakyatnya sendiri.

“Kita bisa besar tanpa menjual diri. Kita bisa kaya tanpa meninggalkan sawah dan laut kita,” tegas Gus Lilur, begitu HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy ini biasa disapa.

Ketika pusat kekuasaan sibuk berebut kekuasaan, dan ketika ekonomi nasional masih dikendalikan oleh segelintir keluarga besar, Sabhumi memilih jalan berbeda. Jalan sunyi, jalan panjang, tapi jalan yang penuh harapan.

Dari lumpur tambang hingga laut budidaya, dari desa ke dunia, Sabhumi bergerak untuk Indonesia Raya.(*)

 

Editor: Sulaiman R

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *