Di Bawah Langit Eronggobak, Kasih Tumbuh dari Doa dan Pelukan Persaudaraan

Religiusitas419 Views

Puncak, – Kabut tipis menggantung di langit Pegunungan Eronggobak, Distrik Omukia, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, angin berembus pelan membawa dingin yang menggigit. Tapi di dalam sebuah bangunan sederhana beratap kayu, kehangatan justru terasa membuncah. Puluhan warga Kampung Eronggobak duduk bersila, bersisian dengan para prajurit TNI dari Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti. Hari ini, Minggu (22/6/2025), bukan sekadar waktu istirahat, melainkan sebuah perjumpaan penuh makna dalam kegiatan yang mereka sebut Minggu Kasih.”

Tak ada jarak antara loreng dan kulit berlumur debu tanah. Tak ada sekat antara pasukan dan rakyat. Hanya ada wajah-wajah yang bersatu dalam keheningan doa dan nyanyian pujian, dipimpin oleh Pratu Dona, seorang putra Nusa Tenggara Timur yang kini mengabdi di bumi Papua.

Suara lirih doa yang mengalun perlahan membelah senyapnya hutan dan lembah. Di tengah tantangan hidup yang tak ringan, lantunan rohani itu menjadi pelipur lara sekaligus penguat harapan.

“Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas ibadah. Ini adalah wujud kasih sayang kami. Kami ingin hadir bukan hanya sebagai penjaga, tetapi sebagai saudara yang merangkul,” tutur Danpos Eromaga, Letda Inf Sudirman, dengan mata berkaca-kaca.

Ia menyaksikan sendiri bagaimana pelukan hangat dari warga, senyum tulus para mama Papua, dan tawa riang anak-anak menjadi bahasa cinta yang tak perlu diterjemahkan. Dalam sejenak, dunia terasa tenang. Dalam pelukan persaudaraan itu, tak ada lagi cerita tentang konflik atau curiga, yang ada hanya harapan akan kedamaian.

Usai ibadah, suasana hangat berlanjut. Gelak tawa mengalun di antara tegukan kopi, iringan gitar, dan cerita-cerita ringan. Seorang prajurit memainkan lagu rakyat, anak-anak menari kecil sambil tertawa, dan para orang tua tersenyum menikmati momen langka yang sulit dibeli dengan apapun.

“Inilah wajah Papua yang sesungguhnya, damai dan penuh cinta. Kami yakin, jika kita saling mengasihi dan memahami, tak ada yang tak mungkin. Kita bisa menata masa depan yang lebih indah,” tambah Sudirman.

“Minggu Kasih” bukan sekadar program, tapi sebuah jembatan hati antara aparat negara dan rakyat. Di tengah kerasnya medan, jauh dari hiruk-pikuk kota, prajurit TNI membawa lebih dari sekadar senjata. Mereka membawa pelita, berupa perhatian, doa, dan kasih tulus, untuk menyalakan harapan di hati masyarakat pedalaman.

Tak ada sorotan kamera, tak ada sorak-sorai panggung megah. Yang ada hanya senyap gunung, doa yang mengalir, dan cinta yang tumbuh perlahan. Di Eronggobak, di bawah langit yang bersahaja, bangsa ini menemukan makna baru dari kata “Indonesia”, bukan sekadar tanah air, tapi rumah tempat kasih bertumbuh, tanpa syarat.(*)

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *