Dari Gang-Gang Kota, Prajurit Rakyat Menjaga Dapur Negeri

Babinsa799 Views

Surakarta, – Di tengah denyut pagi Kota Surakarta yang mulai menggeliat, dua prajurit berseragam hijau menyusuri lorong kecil Kratonan. Bukan dalam barisan tempur, melainkan dalam misi sunyi menjaga denyut ekonomi rakyat. Mereka adalah Babinsa Kelurahan Kratonan, Serka Aris dan Koptu Resbiyanto, yang bersama Bhabinkamtibmas Aipda Danar Efendi, hadir menyapa warga di Pendopo Warga RW 01, Jl. Veteran, Kamis (29/5/2025).

Pagi itu, mereka tak datang membawa senjata, tapi membawa telinga yang mendengar dan hati yang peduli. Mereka berdialog akrab dengan Ibu Menik Astuti, pedagang sayur keliling yang setiap hari menjemput nafkah demi anak-anaknya. Kepada Ibu Menik, mereka tidak hanya bertanya soal harga cabai dan bayam, tetapi lebih dari itu: tentang denyut kehidupan, tentang beban harga, tentang harapan rakyat jelata.

“Kita ingin memastikan, dari dapur rakyat yang paling kecil sekalipun, tak ada kekurangan. Karena dari situ, ketahanan bangsa dibangun. Rakyat kuat, negara kuat,” ujar Koptu Resbiyanto dengan nada tegas namun penuh empati.

Komsos—komunikasi sosial—bukanlah sekadar prosedur militer. Bagi Babinsa, ia adalah napas perjuangan. Cara mendengar rakyat secara langsung, memotret kondisi dari akar, dan memastikan tak ada satu pun warga yang merasa sendiri menghadapi situasi ekonomi yang kian menantang.

“Kami himbau agar para pedagang, seperti Ibu Menik, menjaga kualitas dagangan, menjual dengan hati, bukan semata-mata untung. Rakyat harus saling menguatkan,” tambahnya.

Sebagai garda terdepan pertahanan teritorial, Babinsa tidak hanya menjaga batas wilayah, tetapi juga batas harga dan ketersediaan pangan. Mereka hadir memastikan stabilitas, bukan hanya keamanan, tapi juga keadilan ekonomi rakyat.

“Komunikasi sosial bisa dilakukan di mana saja—di warung, di gang sempit, di pasar, atau di sudut kampung. Karena bagi kami, setiap warga adalah mitra strategis dalam menjaga Indonesia,” ucap Koptu Resbiyanto, menggambarkan esensi tugasnya.

Kehadiran Babinsa di tengah rakyat adalah wajah lain dari patriotisme: yang tak berteriak, tapi bekerja; yang tak memamerkan seragam, tapi memperkuat jalinan kebangsaan.

Dalam peluh Ibu Menik dan langkah senyap Babinsa, negeri ini terus dijaga. Di tempat-tempat yang luput dari sorot kamera, mereka yang berseragam tetap hadir—bukan hanya sebagai penjaga teritorial, tapi sebagai penjaga harapan.(*)

 

Kontributor: Agus Rodo Kemplu

Editor: Sulaiaman

Foto: ARK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *