Cicit Raja Champa Asal Situbondo Ini Bangun Kemitraan Budidaya Lobster di Empat Provinsi Vietnam

Ho Chi Minh, Vietnam – HRM Khalilur R. Ab. S, pengusaha nasional yang merupakan cicit ke-15 Raja Agung Kerajaan Champa, membangun kemitraan strategis di bidang budidaya benih bening lobster (BBL) di empat provinsi utama wilayah tengah Vietnam. Melalui holding perusahaan miliknya Bandar Laut Dunia (BALAD) Grup, Khalilur menggandeng empat perusahaan lokal Vietnam dalam bentuk joint venture (JV) yang melibatkan lebih dari 100.000 nelayan pembudidaya lobster.

Empat wilayah tersebut adalah Provinsi Khanh Hoa, Phu Yen, Binh Dinh, dan Ninh Thuan. Kawasan ini dulunya merupakan pusat kekuasaan Kerajaan Champa yang memiliki hubungan sejarah kuat dengan Nusantara.

“Bagi saya, ini bukan sekadar investasi. Ini bagian dari panggilan sejarah untuk membumikan kembali kejayaan leluhur melalui jalur ekonomi,” ujar pria yang akrab disapa Gus Lilur itu melalui sambungan telepon di Ho Chi Minh, Sabtu (19/7/2025).

Gus Lilur mengatakan bahwa proyek tersebut merupakan hasil kerja intensif selama 17 bulan, di tengah berbagai tantangan termasuk menembus dominasi mafia lobster lintas negara. Sejak awal 2024, ia dan tim BALAD GRUP aktif melakukan diplomasi bisnis antara Jakarta dan Hanoi dengan Ho Chi Minh sebagai titik transit.

Jejak Trah Nusantara

Gus Lilur merupakan keturunan langsung dari tokoh-tokoh penting dalam sejarah dakwah dan kerajaan di Nusantara. Dari jalur ayah, ia adalah trah ke-13 Sunan Gresik (Sayyid Ali Murtadho), dan dari jalur ibu merupakan keturunan ke-19 Sunan Ampel (Sayyid Ali Rahmatullah). Ia juga memiliki garis keturunan dari Pangeran Kanduruhan, putra dari Sultan Fatah, Raja pertama Kesultanan Demak.

“Trah bukan untuk dibanggakan, melainkan untuk dijawab dengan kerja dan pencapaian,” katanya.

Menurutnya, budidaya lobster di Vietnam bukanlah titik akhir, melainkan awal dari ekspansi ekonomi yang lebih luas. Dalam waktu dekat, ia menargetkan perluasan usaha ke sektor lain, termasuk pertambangan dan logistik, melalui dua induk perusahaannya, yakni BALAD GRUP dan Bandar Indonesia Grup (BIG), yang saat ini membawahi ratusan anak perusahaan.

Dari Sejarah ke Masa Depan

Upaya ini, menurut Gus Lilur, merupakan wujud dari cita-cita besar untuk menjadikan Indonesia bukan hanya sebagai pasar, melainkan pemain utama di kawasan Asia bahkan dunia. Ia berkomitmen menjalankan seluruh aksi korporasinya dengan semangat nasionalisme dan pengabdian.

Semboyan yang diusung sebagai filosofi bisnisnya adalah DABATUKA, yang merupakan singkatan dari “Demi Allah, Bumi Aku Taklukkan untuk Kemanusiaan.”

Gus Lilur menegaskan bahwa arah ekspansi selanjutnya adalah Tiongkok, tanah asal leluhur ibunda Sultan Fatah. Ia meyakini Indonesia memiliki kapasitas besar untuk mengisi ruang ekonomi Asia dan dunia, selama ditopang oleh visi, jejaring, dan etos kerja yang kuat. (*)

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *