
Bogor, – Aktivis lingkungan Andy Java mengingatkan bahwa hutan bukan sekadar bentang alam hijau, melainkan fondasi utama keberlanjutan kehidupan manusia. Kerusakan hutan, kata dia, akan berimbas langsung pada krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga ancaman masa depan generasi mendatang.
“Hutan adalah paru-paru bumi, sumber oksigen, sekaligus rumah bagi ribuan spesies. Ketika hutan rusak, manusia pun akan menanggung akibatnya,” ujar Andy saat ditemui di sela kegiatan edukasi lingkungan di Bogor, Minggu (21/12/2025).
Menurut Andy, menjaga hutan berarti menjaga keseimbangan ekosistem secara menyeluruh. Hutan berperan penting dalam mengendalikan iklim, menjaga siklus air, serta melindungi manusia dari bencana ekologis seperti banjir dan longsor.
Ia menegaskan, laju kerusakan hutan yang masih terjadi menunjukkan bahwa upaya pelestarian tidak bisa lagi ditunda.
“Setiap pohon yang ditebang tanpa kendali adalah ancaman bagi masa depan kita. Kita harus bertindak sekarang, sebelum semuanya terlambat,” katanya.
Andy juga menekankan bahwa tanggung jawab menjaga lingkungan tidak bisa semata-mata dibebankan kepada pemerintah atau korporasi. Partisipasi individu, menurut dia, justru menjadi kunci perubahan.
“Setiap orang bisa berkontribusi, mulai dari hal sederhana: mengurangi plastik sekali pakai, menghemat air, hingga memilih produk yang ramah lingkungan,” ujar Andy, yang juga merupakan pendiri ELING, sebuah komunitas yang bergerak di bidang edukasi dan literasi lingkungan.
Lebih jauh, ia menyoroti pentingnya pendidikan lingkungan sejak usia dini untuk menanamkan kesadaran ekologis yang berkelanjutan. Tanpa perubahan cara pandang, kata Andy, upaya pelestarian hanya akan bersifat sementara.
“Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang, melainkan meminjamnya dari anak cucu kita,” tuturnya. “Karena itu, menjaga alam adalah tanggung jawab moral kita bersama demi kehidupan yang lebih adil dan lestari.”
Pernyataan Andy menambah deretan suara masyarakat sipil yang mendesak agar isu lingkungan tidak lagi dipandang sebagai agenda pinggiran, melainkan sebagai kebutuhan mendesak bagi keberlangsungan bangsa dan umat manusia.(*)
Editor: Sulaiman













