TNI Mengetuk Pintu, Rakyat Membuka Hati: Kisah Hangat Anjangsana Satgas Yonif 641/Bru di Tanah Papua

Komsos294 Views

Membramo Tengah, – Di sebuah kampung kecil bernama Dokley, Distrik Kobakma, keheningan pagi yang biasanya hanya diisi suara alam berubah menjadi penuh kehangatan. Satu per satu prajurit dari Pos Kobakma, Satgas Yonif 641/Bru, mengetuk pintu rumah warga, membawa senyum dan niat tulus untuk sekadar menyapa, mendengar, dan merasakan denyut kehidupan rakyat Papua dari dekat.

Hari Jumat (23/5/2025), bukan sekadar rutinitas militer. Bagi Letda Inf Ridho Andriansyah dan timnya, anjangsana ini adalah wujud cinta kepada tanah dan rakyat yang mereka jaga.

“Kami datang bukan sekadar menjalankan tugas. Kami ingin tahu apa yang dirasakan warga, mendengarkan langsung suara hati mereka. TNI harus hadir, bukan hanya saat ada bahaya, tapi juga saat masyarakat butuh teman bicara,” ujar Danpos Kobakma itu dengan lirih.

Mereka duduk bersila di lantai rumah-rumah kayu, menyeruput kopi panas, menatap mata anak-anak yang penasaran, dan menyapa para orang tua yang wajahnya menyimpan sejuta kisah. Tak ada sekat pangkat dan jabatan. Yang ada hanya manusia yang menjumpai manusia lain, dalam semangat kemanusiaan yang tulus.

Salah satu momen mengharukan terjadi di rumah Paruam Pagawak (27). Ia menyambut kedatangan prajurit TNI dengan mata berkaca. Bukan karena takut, tapi karena haru yang sulit diucap. “Mereka datang bukan untuk mengatur. Mereka datang untuk membantu. Kalau ada warga sakit, mereka bawa ke pos. Kalau anak-anak butuh belajar, mereka dampingi. Mereka tak pernah menuntut apa-apa. Semua dilakukan dengan hati,” kata Paruam, menunduk menahan air mata.

Bagi masyarakat Dokley, kehadiran TNI adalah penghapus sepi, penenang resah, dan simbol harapan. Di tengah keterbatasan akses dan kerasnya hidup di pegunungan Papua, tangan-tangan prajurit itu menjelma menjadi tangan saudara. Mereka menambal jalan rusak, mengantar warga ke puskesmas, hingga sekadar menemani warga tua yang kesepian.

“Anjangsana ini bukan seremonial. Ini cara kami menjaga silaturahmi. Di Papua, kepercayaan tak dibangun dengan kata-kata, tapi dengan kehadiran dan tindakan nyata,” sambung Letda Ridho.

Seiring langkah kaki prajurit meninggalkan kampung, anak-anak melambai, para ibu menahan senyum, dan para bapak mengangguk pelan. Mereka tahu, di balik loreng dan senjata, ada hati yang peduli. Ada tentara yang bukan hanya menjaga batas negara, tapi juga merawat batas-batas kemanusiaan.

Di tanah yang jauh dari hiruk pikuk kota, di kampung-kampung sunyi yang kerap luput dari sorotan, TNI terus hadir, menjadi jembatan, menjadi penguat, menjadi sahabat bagi rakyat.

“TNI selalu ada untuk rakyat” -dan hari ini, di Dokley, kalimat itu bukan sekadar semboyan, tapi kenyataan yang menghangatkan jiwa. (*)

 

Editor: Sulaiman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *