
Yogyakarta, – Nurvrianto (34), warga Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sempat berada di persimpangan hidup. Dengan penghasilan terbatas sebagai pedagang kebab menggunakan gerobak milik orang lain, ia kerap kesulitan mencukupi kebutuhan dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Pilihan untuk merantau ke Jakarta atau menjadi pekerja migran ke luar negeri sempat terlintas di benaknya. Namun, alih-alih menempuh jalan itu, Nurvrianto memilih mengikuti program transmigrasi yang diselenggarakan pemerintah.
“Motivasi saya ikut transmigrasi ingin hidup keluarga menjadi lebih baik,” kata Nurvrianto, Minggu (14/12/2025), saat ditemui dalam acara pelepasan transmigran di Yogyakarta.
Ia menjadi satu dari 15 kepala keluarga asal DIY yang lolos seleksi Program Transmigran Karya Nusa. Sebelum diberangkatkan, para peserta mendapat pembekalan mengenai pengolahan lahan, pengenalan komoditas unggulan, hingga tata kelola usaha pertanian.
Nurvrianto mengaku semakin mantap setelah mengetahui lokasi penempatannya. Ia berencana mengembangkan komoditas kopi dan kakao. “Tanah dan lokasinya sesuai dengan harapan saya,” ujarnya.
Dilepas Langsung Wakil Menteri Transmigrasi
Sebanyak 15 kepala keluarga atau 51 jiwa asal Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta dilepas langsung oleh Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi.
Rinciannya, tiga kepala keluarga (9 jiwa) ditempatkan di kawasan transmigrasi Torire, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sementara 12 kepala keluarga (42 jiwa) akan menetap di Taramanu Tua, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat.
Para transmigran akan memperoleh lahan seluas dua hektare per keluarga serta jaminan hidup selama satu tahun. Komoditas yang dikembangkan disesuaikan dengan karakter wilayah masing-masing.
“Di Torire dan Taramanu Tua cocok untuk kopi dan kakao. Setiap kawasan transmigrasi memiliki keunggulan berbeda,” kata Viva Yoga. Ia mencontohkan kawasan transmigrasi di Kabupaten Bungo, Jambi, yang dikembangkan dengan komoditas kelapa sawit.
Menurut Viva Yoga, transmigrasi merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan, sekaligus menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“Ini bentuk negara hadir. Namun orientasi utama kami bukan sekadar perpindahan penduduk, melainkan peningkatan kesejahteraan,” ujarnya.
Ia menegaskan, keberadaan transmigran tidak hanya ditujukan untuk memperbaiki taraf hidup peserta program, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat lokal di kawasan penempatan.
“Kesejahteraan dibangun bersama, antara transmigran dan warga lokal,” kata Viva Yoga.
Program transmigrasi, lanjutnya, merupakan bagian dari implementasi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya agenda membangun dari desa dan dari bawah guna pemerataan ekonomi nasional.
Dengan perpindahan penduduk, aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya diharapkan tumbuh dan menciptakan dinamika kehidupan baru di kawasan transmigrasi.
Harapan Hidup Baru
Viva Yoga berharap para transmigran menjaga kesehatan dan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah maupun Kementerian Transmigrasi jika menghadapi kendala di lokasi penempatan.
“Dengan Program Transmigran Karya Nusa, kami berharap kehidupan Bapak dan Ibu benar-benar menjadi lebih baik,” ujarnya.
Sebelum keberangkatan, para transmigran juga menerima bantuan kebutuhan dasar dari Kementerian Transmigrasi, Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja DIY, serta Dinas Sosial, Transmigrasi, dan Tenaga Kerja Kota Yogyakarta.(*)
(Ardi W/Sulaiman)







