
Trenggalek, – Hari itu, langit di Desa Karangtengah, Kecamatan Panggul, tampak biasa saja. Namun, bagi keluarga Bapak Wandi, warga Dusun Kuyam RT 35 RW 10, Senin (12/5/2025) menjadi hari yang akan mereka kenang seumur hidup. Dalam sekejap, rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung, tempat bercengkerama, dan menyimpan kenangan, roboh tak bersisa.
Bangunan tua berdinding bata merah itu tak mampu lagi menahan usia. Retak demi retak akhirnya menyerah pada kenyataan. Roboh. Runtuh. Tanpa peringatan. Untungnya, tak ada nyawa yang hilang. Tapi luka batin dan kehancuran itu nyata.
Di tengah kepanikan dan kepedihan itu, datang sosok-sosok berseragam. Bukan hanya dengan kendaraan dan perlengkapan, tetapi dengan empati dan kesungguhan. TNI dari Koramil 0806-11/Panggul, bersama BPBD dan relawan Kampung Siaga Bencana (KSB), hadir tanpa banyak bicara. Mereka langsung bekerja. Memanggul harapan yang sempat runtuh bersama puing rumah itu.
“Mereka datang cepat sekali… sebelum kami sempat minta tolong,” ucap Bapak Wandi, suaranya bergetar. “Saya dan keluarga tidak tahu harus bagaimana. Tapi mereka datang seperti keluarga sendiri.”
Bukan hanya tenaga, mereka membawa apa saja yang bisa meringankan beban: makanan siap saji, pakaian, perlengkapan dapur, hingga pelukan dan doa. Bantuan itu mungkin tak bisa menggantikan rumah yang hilang, tapi cukup untuk membuat hati yang runtuh kembali tegak berdiri.
Serma Suhardjo, Bati Wanwil Koramil sekaligus Koordinator TRC-PB BPBD Panggul, menjelaskan bahwa kerugian diperkirakan mencapai Rp 35 juta. Tapi yang paling utama, katanya, “Alhamdulillah, nyawa selamat. Dan kami di sini untuk memastikan, warga tidak merasa sendirian.”
Kepala Desa Karangtengah, Latip, turut menyampaikan rasa haru atas solidaritas yang ditunjukkan. “Di saat seperti inilah gotong royong kita diuji. Dan hari ini saya melihatnya: aparat, relawan, masyarakat, semua bersatu dalam satu rasa—peduli.”
Di balik bencana, ada kekuatan yang lebih besar dari reruntuhan: cinta sesama manusia. Sinergi tanpa sekat antara TNI dan BPBD bukan hanya menjawab tugas, tapi menjelma jadi bentuk kasih sayang yang nyata.
Dan bagi keluarga Bapak Wandi, meski rumahnya runtuh, ia tahu: hatinya tidak. Karena saat bencana datang, negara hadir… bukan hanya dengan logistik, tapi juga dengan hati.
(Arwang/Sulaiman)







