Podcast Ngegas Bareng Viva Yoga: Yuk, Gen Z Bangun Desa Jadi Kota Masa Depan

POLITIKANA732 Views

Jakarta,Di balik kisah-kisah perpindahan penduduk yang dulu hanya dikenal sebagai program pemindahan dari kota ke desa, kini Kementerian Transmigrasi membawa napas baru. Sebuah transformasi yang bukan lagi soal memindahkan tubuh, melainkan juga memindahkan harapan dan masa depan.

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, saat hadir sebagai tamu dalam “Podcast Ngegas Rakyat Merdeka” yang dipandu jurnalis senior Siswanto di Gedung Graha Pena, Jakarta, Jumat (2/5/2025). Dengan bahasa yang hangat dan penuh semangat, Viva menjelaskan bahwa transmigrasi saat ini telah bertransformasi menjadi program pembangunan manusia dan kawasan secara berkelanjutan.

“Transmigrasi sekarang bukan sekadar memindahkan orang. Tapi bagaimana kita membangun kehidupan baru—yang lebih sejahtera—bagi para transmigran dan masyarakat lokal di wilayah tujuan,” ungkapnya.

Dalam percakapan yang mengalir, Viva membuka fakta yang mencengangkan: minat masyarakat untuk ikut transmigrasi masih tinggi. Pada 2024, sebanyak 7.000 kepala keluarga mendaftar. Namun, karena keterbatasan anggaran, hanya 130 yang bisa diberangkatkan.

“Bayangkan, ada ribuan keluarga yang berharap bisa memulai hidup baru, tapi harus menunggu. Karena itu, tugas kita bukan hanya memfasilitasi, tapi juga memastikan mimpi mereka tetap hidup,” katanya, dengan nada yang reflektif.

Yang menarik, paradigma baru transmigrasi kini lebih inklusif. Jika dulu syaratnya harus berkeluarga, kini lajang pun bisa ikut. “Ini peluang besar untuk Gen Z. Mereka bisa datang ke kawasan transmigrasi, membawa ide segar, menciptakan lapangan kerja, dan membangun pusat pertumbuhan baru,” ujarnya.

Viva menekankan, keterlibatan Gen Z dalam transmigrasi bukan semata tentang ekonomi, tapi tentang nasionalisme dan cinta tanah air dalam bentuk paling nyata: membangun dari pinggiran. “Inilah sifat patriotisme yang diharapkan Presiden Prabowo—berani mengambil peran, di mana pun dibutuhkan,” ucapnya tegas.

Ia juga menjelaskan bahwa menjadi transmigran tak lagi identik dengan jadi petani. Kini, peluang terbuka bagi berbagai profesi—nelayan, pekerja tambang, petugas perkebunan, hingga pegiat pariwisata.

“Kami pernah kirim transmigran dari kalangan nelayan ke Sulawesi Barat. Karena provinsi itu butuh tangan-tangan terampil untuk menghidupkan kawasan pesisir. Jadi, transmigrasi hari ini lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan daerah,” ujarnya.

Viva juga menyebut bahwa transmigrasi kini bersifat desentralistik dan berbasis permintaan (bottom-up). Artinya, kepala daerah bisa mengajukan kebutuhan transmigran, asal bersedia menyediakan lahan dan infrastruktur dasar. “Kementrans hanya memfasilitasi dan menjembatani—antara daerah yang ingin mengirim dan yang membutuhkan,” katanya.

Salah satu contohnya datang dari Halmahera Selatan, Maluku Utara, yang telah mengajukan permintaan transmigran. Permintaan ini menandakan bahwa di banyak tempat, masih ada ruang kosong yang menunggu untuk dihidupkan—dan itu bisa menjadi panggung baru bagi generasi muda yang ingin berkiprah.

“Transmigrasi bukan masa lalu. Ia adalah masa depan. Dan masa depan itu, kita undang Gen Z untuk ikut menulisnya,” tutup Viva Yoga dengan nada optimis.

(Ardi/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *