Dulu Stigma, Kini Citra: Karangpatihan Tumbuh Bersama Warga Istimewa

Babinsa, Ekonomi658 Views

Ponorogo, – Dulu diselimuti stigma sebagai “Kampung Idiot”, kini Desa Karangpatihan di Kecamatan Balong, Ponorogo, bangkit menjadi desa inklusif yang penuh harapan. Perubahan ini hadir lewat kerja keras banyak pihak dan semangat luar biasa dari warganya, terutama mereka yang dulu dianggap terbatas, namun nyatanya istimewa.

Julukan menyakitkan itu bermula sejak 2008, ketika lebih dari 300 warga di desa tersebut diketahui mengalami tunagrahita atau disabilitas intelektual. Salah satu penyebabnya diduga karena kondisi ekonomi dan ketergantungan pada lahan tadah hujan, yang membuat hasil pertanian sangat minim.

Namun, perlahan stigma itu memudar. Kini, jumlah penyandang tunagrahita di Karangpatihan tinggal 98 orang, dan desa ini mulai dikenal karena semangat pemberdayaan dan karya para warganya.

“Alhamdulillah, sejak tahun lalu tidak ada lagi yang menyebut kami Kampung Idiot. Hasil pertanian meningkat, dan warga semakin sejahtera,” ujar Sertu Aris Mulyono, Babinsa Desa Karangpatihan, Rabu (9/7/2025).

Aris menjelaskan, peningkatan produktivitas pertanian terjadi setelah hadirnya berbagai program pendampingan, seperti pembuatan sumur bor, bantuan bibit dan pupuk bersubsidi, serta pelatihan langsung di lapangan. Babinsa bersama Pemdes aktif mendampingi petani agar mampu mengelola lahan secara lebih optimal.

“Saya terjun langsung mendampingi warga. Sekarang panen mereka sudah stabil dan lebih baik,” ungkap Aris.

Batik Ciptat: Ekspresi Jiwa dari Tangan Istimewa

Tak kalah membanggakan, UMKM batik ciprat yang digerakkan oleh penyandang tunagrahita telah berkembang pesat. Karya mereka kini telah dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia, bahkan tembus hingga Malaysia dan Inggris.

“Batik ciprat ini adalah bentuk ekspresi dan terapi. Tapi sekarang juga jadi produk unggulan dan sumber penghasilan,” jelas Aris.

Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi, menyebut bahwa peran Babinsa di desanya sangat strategis. Sejak 2013, ia melibatkan TNI dalam setiap program, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan pemberdayaan.

“Pak Aris selalu hadir dalam kegiatan kami, terutama untuk mendampingi warga tunagrahita agar lebih mandiri,” kata Eko.

Pemberdayaan dilakukan melalui pelatihan ekonomi produktif seperti peternakan ayam, kambing, kerajinan keset, dan batik ciprat, serta pelatihan keterampilan hidup mulai dari memasak hingga merawat anak.

Karangpatihan telah membuktikan bahwa keterbatasan tak menghalangi kemajuan. Dulu distigma, kini desa ini tumbuh menjadi simbol pemberdayaan warga istimewa, dan menjadi teladan bagi banyak daerah di Indonesia.(*)

(Arwang/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *