Di Balik Suroan yang Damai, Ada Barisan Prajurit yang Siaga

Trenggalek, – Di tengah malam yang tenang, ketika masyarakat larut dalam suasana Suroan yang khidmat, barisan prajurit dan aparat kepolisian berjaga dalam senyap. Mereka bukan sekadar hadir, tetapi sepenuhnya siaga demi menjaga warisan budaya tetap berjalan damai.

Korem 081/DSJ bersama jajaran di wilayahnya menggelar patroli gabungan berskala besar, Jumat (27/6/2025), guna memastikan pelaksanaan tradisi Suroan berlangsung tertib dan kondusif. Salah satu daerah yang menjadi fokus pengamanan adalah Trenggalek.

Dandim 0806/Trenggalek Letkol Czi Yudo Aji Susanto memimpin langsung patroli tersebut bersama Kapolres Trenggalek AKBP Ridwan Maliki. Mereka menyisir sejumlah titik rawan yang menjadi pusat aktivitas masyarakat seperti Alun-Alun Trenggalek, Simpang Tiga Jarakan, Simpang Empat Karangan, SPBU Nglongsor, hingga Simpang Empat Nirwana.

“Ini bukan sekadar patroli. Ini adalah bentuk nyata kehadiran kami untuk memastikan masyarakat bisa menjalankan tradisi dengan tenang dan penuh makna,” tegas Letkol Yudo, perwira TNI AD lulusan Akmil 2003.

Tak hanya TNI dan Polri, personel dari Satpol PP, Dinas Perhubungan, hingga unsur masyarakat turut terlibat dalam pengamanan. Kolaborasi lintas sektor itu menjadi bukti bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama.

“Kami kerahkan kekuatan penuh di titik-titik yang dianggap strategis dan berpotensi menimbulkan gesekan. Intinya, Trenggalek harus tetap aman, damai, dan harmonis selama Suroan,” ujarnya.

Menurut Yudo, menjaga keamanan Suroan bukan hanya tugas rutin, melainkan bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Tradisi bukan untuk ditakuti, tapi dijaga dengan hati-hati dan penuh cinta.

“Pengamanan ini mencerminkan komitmen kita semua: menjaga budaya, merawat harmoni, dan membangun rasa saling percaya di tengah masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, Danrem 081/DSJ Kolonel Arm Untoro Hariyanto sebelumnya juga menyerukan agar seluruh unsur masyarakat, termasuk para pesilat dan perguruan silat, menjadikan Suroan sebagai ajang mempererat persatuan.

“Suroan adalah milik bersama. Pencak silat adalah warisan leluhur yang harus dijunjung tinggi dalam semangat persaudaraan, bukan perselisihan. Mari kita jaga bersama agar Madiun Raya tetap damai,” pesannya.

Malam itu, di balik setiap langkah senyap petugas, tersimpan tekad kuat untuk memastikan bahwa tak satu pun tradisi ternoda oleh konflik. Suroan yang damai bukanlah kebetulan, ia lahir dari kesiapsiagaan, sinergi, dan keberanian para penjaga malam.(*)

(Arwang/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *