Dari Sastra ke Lingkungan, Jejak Inspiratif Rusydan Hadid Menyelami Ekokritik dan Kenjeran

Edukasi1 Views

Surabaya, – Tak banyak orang yang berani melompat dari dunia sastra ke isu lingkungan. Namun, bagi Muhammad Rusydan Mirwan Hadid, alumnus Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR), perjalanan itu justru menjadi jalan hidup yang membentuknya hari ini.

Kini, Rusydan -begitu ia akrab disapa- sedang menempuh studi S2 Master of Environment, Culture, and Society dengan beasiswa bergengsi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Sebuah capaian yang lahir bukan dari rencana matang sejak awal, melainkan dari kepekaan hati terhadap realitas sosial dan ekologis di sekitarnya.

“Dari awal, saya tidak pernah terpikir untuk lanjut S2,” ujar Rusydan tersenyum, Senin (20/10/2025) sembari mengingat masa-masa setelah wisuda yang justru membuka mata dan nuraninya.

Ketika terjun ke berbagai kegiatan pengabdian masyarakat, terutama di daerah tertinggal di Indonesia Timur, Rusydan menyaksikan langsung persoalan lingkungan yang kompleks, mulai dari krisis air bersih hingga degradasi budaya lokal akibat eksploitasi alam. Dari sanalah tekadnya untuk belajar lebih dalam tumbuh.

“Keinginan itu muncul ketika saya sadar, isu lingkungan tidak bisa dipahami hanya dari satu disiplin ilmu. Saya ingin melihat bagaimana budaya, manusia, dan lingkungan saling terkait,” tuturnya.

Baginya, kunci meraih beasiswa bukan sekadar nilai akademik atau prestasi, melainkan kemampuan mengenali diri dan tujuan hidup.
“Kalau kita mencintai apa yang kita lakukan dan bertanggung jawab terhadapnya, jalannya pasti akan terbuka,” pesannya kepada mahasiswa lain yang bermimpi melanjutkan studi.

Ekokritik: Titik Balik yang Mengubah Arah Hidup

Perjalanan Rusydan menuju dunia lingkungan berawal dari sebuah mata kuliah bernama Ekokritik di Program Studi Sastra Indonesia UNAIR. “Di Ekokritik, kami belajar bagaimana karya sastra bisa memunculkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Dari sana, saya mulai melihat alam sebagai teks yang bisa dibaca dan dimaknai,” ujarnya.

Pemahaman itu menjadi titik balik. Sastra bukan lagi sekadar karya imajinatif, melainkan cermin relasi manusia dan alam. Dari sinilah benih minatnya pada studi lintas disiplin mulai tumbuh, mengantarkannya pada bidang environmental humanities yang kini ia tekuni.

Tak hanya di ruang akademik, Rusydan juga aktif di lapangan. Saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Kemasyarakatan BEM UNAIR, ia kerap turun langsung melihat kondisi masyarakat di daerah tertinggal. “Di sana saya belajar, bahwa masalah lingkungan selalu berkelindan dengan kemiskinan dan kebudayaan,” ungkapnya.

Meski kini berkiprah di level internasional, Rusydan tak pernah melupakan akar tempat ia tumbuh yaitu Kenjeran, kawasan pesisir di Surabaya Timur yang kaya akan budaya dan dinamika sosial.
Pada 7 November 2025 mendatang, ia akan mempresentasikan film dokumenter karyanya tentang Kenjeran di forum internasional. “Berangkat dari Kenjeran, pulang pun untuk Kenjeran,” katanya lirih.

Dokumenter itu, menurutnya, adalah refleksi perjalanan hidupnya: tentang laut, manusia, dan budaya yang membentuknya. Lewat karya itu, ia ingin memperkenalkan Kenjeran sebagai potret kecil Indonesia, dengan segala kearifan lokal dan tantangannya menghadapi perubahan zaman.

Bagi Rusydan, menulis bukan sekadar menata kata, tapi juga merawat kesadaran. Dari sastra ia belajar empati, dari lingkungan ia belajar tanggung jawab. Perpaduan keduanya kini menjadi pijakan hidupnya: membangun narasi tentang manusia dan alam yang saling membutuhkan.

“Setiap orang punya jalan pulang,” ujarnya pelan. “Bagi saya, jalan itu adalah pendidikan dan lingkungan. Dua hal yang menuntun saya kembali memahami makna kemanusiaan.”

Kisah Rusydan adalah potret muda Indonesia yang berpikir lintas batas disiplin, berani keluar dari zona nyaman, dan pulang membawa makna. Dari ruang kelas sastra hingga forum lingkungan internasional, langkahnya adalah pengingat bahwa cinta terhadap bumi bisa lahir dari mana saja, bahkan dari sebaris puisi. (*)

(ua/sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *