Cegah Bencana, Babinsa dan BPBD Tebang Pohon Rapuh di Trenggalek

Lingkungan211 Views

Trenggalek, – Upaya mitigasi bencana di Kabupaten Trenggalek tak hanya bergantung pada sistem peringatan dini. Di lapangan, sinergi antara aparat TNI dan petugas penanggulangan bencana terus bergerak cepat. Salah satunya tampak di Desa Besuki, Kecamatan Panggul, Minggu (3/8/2025), ketika sebuah pohon jambu alas yang rapuh dan miring ke badan jalan ditangani sebelum menimbulkan petaka.

Pohon yang sudah lapuk itu berdiri di tepi jalan desa yang ramai dilalui kendaraan roda dua dan empat. Bila dibiarkan, ancamannya nyata, tumbang saat hujan deras atau diterpa angin kencang.

“Penebangan ini sangat mendesak. Kami khawatir kalau dibiarkan, pohon bisa tumbang kapan saja dan mencelakai warga,” kata Serma Suhardjo, Babinsa Desa Besuki dari Koramil 0806-11/Panggul, yang memimpin langsung proses penanganan.

Ia tak bekerja sendirian. Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) Kecamatan Panggul dan warga setempat bahu-membahu. Dengan peralatan sederhana namun semangat gotong royong yang tinggi, mereka menebang batang pohon, mengatur lalu lintas, dan membersihkan ruas jalan dari ranting dan kayu sisa penebangan.

Langkah preventif ini bukan tanpa alasan. Kecamatan Panggul dikenal sebagai salah satu wilayah rawan bencana hidrometeorologi di Trenggalek. Angin puting beliung, tanah longsor, hingga banjir musiman menjadi ancaman tahunan yang tak bisa diremehkan. Karena itu, kewaspadaan sejak dini menjadi kunci.

“Kami sangat terbantu dengan keterlibatan langsung TNI di lapangan. Sinergi seperti ini sangat penting untuk menjamin keselamatan warga,” ujar Adi Mujiprastyo, anggota Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Trenggalek.

Menurut Adi, kehadiran Babinsa di tengah masyarakat menjadi nilai tambah penting. Mereka tidak hanya menjalankan fungsi pertahanan, tetapi juga hadir sebagai penggerak kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana.

Aksi cepat Serma Suhardjo dan rekan-rekannya mencerminkan wajah humanis TNI yang responsif terhadap persoalan kemasyarakatan. Di tengah keterbatasan sumber daya dan medan yang menantang, mereka tetap hadir, menyatu dengan warga, dan menjadi bagian dari solusi.

“Peran Babinsa hari ini jauh melampaui fungsi militer,” lanjut Adi. “Mereka adalah penghubung antara negara dan warga, sekaligus pelopor dalam penanganan risiko bencana.”

Apa yang dilakukan di Desa Besuki hari itu menjadi cermin kolaborasi ideal. Penanganan cepat, komunikasi lintas sektor yang efektif, dan aksi nyata di lapangan adalah tiga komponen penting yang membentuk desa tangguh bencana.

Dengan semangat gotong royong dan solidaritas aparat, bahaya tak perlu menunggu menjadi bencana. Yang terpenting, kesiapsiagaan tak hanya dibangun saat sirene berbunyi, tetapi sejak batang pohon mulai doyong dan langit mulai mendung. (*)

(Arwang/Sulaiman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *